TEMPO.CO, Surabaya - Rencana PDIP mencalonkan Wali Kota Surabaya terpilih, Tri Rismaharini, menjadi Gubernur Jakarta pada pemilihan 2017, menuai pro kontra di kalangan politisi Surabaya.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN Surabaya, Achmad Zainul Arifin, meminta Risma menghitung benar untung rugi dari pencalonan tersebut. “Saya hanya berharap Ibu Risma berhitung secara terukur dan cermat,” kata Zainul, Jumat, 08 Januari 2016.
Alasannya, kata dia, banyak nama-nama populer yang ikut dalam bursa Pilkada DKI Jakarta 2017, sehingga pertarungan di ibu kota itu dipastikan akan sengit dan sangat luar biasa. “Selain ada incumbernt Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, juga ada nama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil serta pengusaha besar Sandiaga Uno,” ujarnya.
Oleh karena itu, Risma dan PDIP harus siap menanggung resikonya jika kalah di Jakarta. Jika kalah, kata Zainul, maka Risma akan mendapat catatan buruk. “Catatan itu akan disematkan kepada Ibu Risma sendiri atau pun partai pengusungnya,” kata dia.
Selain itu, kata dia, Risma tidak bisa mengabaikan amanah masyarakat Surabaya yang telah memilihnya pada Pilkada Surabaya 9 Desember 2015. Pasalnya, kemenangan 86 persen itu bukan angka main-main dalam Pilkada Surabaya. “Jadi, jangan sampai Bu Risma menciderai pemilihnya di Kota Surabaya,” katanya.
Zainul menambahkan, sebenarnya warga Kota Surabaya akan merelakan Risma untuk mencalonkan di DKI Jakarta, namun pencalonannya itu harus menang, karena apabila mencalonkan di Jakarta kalah, maka karir politiknya dipastikan akan berakhir.
MOHAMMAD SYARRAFAH