TEMPO.CO, Makassar - Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Makassar, Komisaris Besar Rusdi Hartono, menyatakan pihaknya terus mengusut teror mortir di dekat Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan. Kepolisian mencari petunjuk berupa rekaman kamera pengawas alias Closed Circuit Television di sekitar lokasi kejadian. Dari situ, pihaknya mengharapkan dapat mengidentifikasi pelaku pelemparan mortir bekas bikinan PT Pindad itu.
"Kami sedang berusaha mengumpulkan segala informasi maupun petunjuk tentang kejadian tersebut. Kami akan menelusuri apakah ada CCTV di sekitar area rumah gubernur. Sejauh ini, ya kami belum menemukan CCTV yang bisa membantu," kata Rusdi, saat ditemui di Kantor Sekolah Polisi Negara Batua, Jalan Urip Sumihardjo, Makassar, Jumat, 8 Januari.
Rusdi menerangkan pihaknya baru memeriksa seorang saksi yakni MS, orang yang menemukan mortir itu. Keterangannya maupun hasil olah tempat kejadian perkara sedang didalami. Berdasarkan hasil pemeriksaan, MS mengaku mendapati mortir itu saat melintas di belakang rumah gubernur, tepatnya di dekat lapangan tenis, Rabu, 6 Januari, dini hari. Pelaku pelemparan mengendarai mobil Toyota Avanza warna hitam. Temuan itu dilaporkan ke Markas Detasemen Polisi Militer.
Kepolisian dilanjutkan Rusdi terus berkoordinasi dengan Komando Daerah Militer VII/Wirabuana. Toh, pihak TNI juga melakukan olah tempat kejadian perkara. Hingga kini, barang bukti berupa granat mortir tipe M-50 itu pun masih diamankan di bagian Peralatan Kodam. Rusdi mengatakan pihaknya akan berkoordinasi terkait penyitaan barang bukti tersebut.
Juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Frans Barung Mangera, mengatakan pihaknya memback-up penyelidikan teror mortir di rumah dinas gubernur. Sesuai perintah Kapolda, pengusutan kasus itu melibatkan satu tim khusus yang terdiri dari tim inafis, tim laboratorium forensik, direktorat reserse kriminal umum dan tim penjinak bahan peledak.
Barung menuturkan terdapat dua saksi yang sudah diperiksa terkait kejadian itu. Kepolisian enggan membeberkan identitasnya. Barung mengatakan pihaknya berusaha maksimal guna mengungkap teror mortir tersebut. Soal motif teror mortir itu, pihaknya enggan berspekulasi, apakah berkaitan aksi teroris, ulah orang iseng atau bermuatan politik. "Itu masih penyelidikan," tutur dia.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Sulawesi Selatan, Iqbal Suhaeb, mengatakan aksi pelemparan mortir oleh orang tidak dikenal itu memang luput dari rekaman CCTV. Musababnya, kejadian itu terjadi di luar kompleks alias di jalanan. Adapun, kamera pengawas hanya berada di area rumah dinas orang nomor satu di Sulawesi Selatan itu. "Kejadian itu tidak terekam karena berada di luar jangkauan CCTV," katanya.
Iqbal menerangkan hanya dua CCTV yang mengarah ke jalanan, tepatnya di pintu depan dan pintu belakang. Masalahnya, pelemparan mortir tersebut terjadi di dekat lapangan tenis yang berada di sudut kompleks, antara Jalan Sungai Saddang-Jalan Sungai Tangka. Sejauh ini, Iqbal menambahkan kepolisian juga belum mengajukan permintaan rekaman kamera pengawas itu.
Dimintai konfirmasi secara terpisah, juru bicara Kodam VII/Wirabuana, Kolonel I Made Sutia, enggan berkomentar banyak terkait kelanjutan penyelidikan teror mortir itu. Musababnya, domain utama pengusutan menjadi ranah kepolisian. "Silahkan koordinasi ke Polda ya," ucapnya singkat. Sebelumnya, pihak Kodam menyatakan siap membantu penyelidikan perkara itu.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, TNI-Polri memastikan mortir itu sudah tidak aktif. Mortir itu adalah barang militer lama yang sudah tidak digunakan lagi di jajaran TNI. Saat ditemukan, kondisi mortir tersebut tersisa bagian badan dan bagian atas. Adapun, isi alias bahan peledaknya sudah kosong. Mortir itu buatan PT Pindad pada 1985.
TRI YARI KURNIAWAN