TEMPO.CO, Cirebon - Pelabuhan Cirebon ditutup untuk bongkar muat batu bara. Penutupan bongkar muat dilakukan hingga waktu yang belum ditentukan. Diduga penghentian ini dilakukan untuk merespon keluhan warga soal debu yang ditimbulkan proses bongkar muat di sana.
Pemberhentian aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Cirebon No UM.003/14/KSOP-CBN-16. Surat bertanggal 7 Januari 2016 tersebut berisi tentang Pemberhentian Sementara Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Cirebon.
Penutupan ini dilakukan pelabuhan setelah berkoordinasi dengan Walikota Cirebon agar situasi Kota Cirebon tetap kondusif. Surat edaran Penghentian bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon tersebut ditandatangani oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Cirebon, Revolindo.
Asisten General Manager Pengendalian Kinerja dan PFSO PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon, Iman Wahyu, membenarkan adanya penutupan aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon. “Mulai pukul 18.00 WIB kemarin, aktivitas bongkar batu bara dihentikan,” kata Iman.
Saat ini di dermaga Muara Jati 1 masih ada 3 tongkang yang tengah bongkar batu bara. “Satu tongkang memang sudah selesai, tapi dua tongkang lagi belum selesai bongkar,” kata Iman. Karena sudah dihentikan, akhirnya aktivitas bongkar di dua tongkang itu pun akhirnya juga dihentikan. Hingga kini dua tongkang tersebut masih bersandar dan masih menunggu untuk dibongkar.
Ditambahkan Iman, sebagai pelaksana PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon, mereka akan patuh dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh KSOP. “Sekalipun pendapatan kami akan berkurang,” kata Iman. Menurut Iman, 70 persen pendapatan PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon berasal dari batu bara. Setiap bulannya ada 50 hingga 60 tongkang batu bara yang merapat di Pelabuhan Cirebon. Masing-masing tongkang dengan kapasitas 7 ribu hingga 8 ribu ton.
Jika hitungan pertahun berarti ada sekitar 3 juta ton batu bara yang bongkar di Pelabuhan Cirebon. Dari jumlah tersebut sebanyak 70 persen pasokan batu bara dipakai untuk wilayah Bandung dan sekitarnya. Batu bara ini untuk bahan bakar sejumlah pabrik tekstil dan PLN yang ada di wilayah Bandung dan sekitarnya. “Sisanya untuk sejumlah pabrik di wilayah Cirebon dan Jateng bagian barat,” kata Iman.
Dengan dihentikannya bongkar batu bara, otomatis akan berpengaruh terhadap pasokan batu bara untuk sejumlah pabrik di Bandung dan sekitarnya. “Tapi kita tidak akan membahas itu, kita fokus untuk mematuhi aturan yang sudah dibuat oleh KSOP,” kata Iman.
Padahal sebelum dikeluarkannya surat dari KSOP yang memberhentikan bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon, sebelumnya sudah keluar surat dari Dirjen Perhubungan Laut dengan nomor AL 303/1/20 PHB 2015 tertanggal 30 Desember 2015 yang ditujukan ke KSOP dan PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon. Isinya diantaranya hanya memperbolehkan 1 dermaga yang digunakan untuk bongkar batu bara yaitu Muara Jati 1. Padahal sebelumnya ada 6 dermaga yang digunakan untuk bongkar batu bara. Dermaga Muara Jati 1 merupakan dermaga yang paling jauh dari pemukiman penduduk.
Sementara itu Walikota Cirebon, Nasrudin Azis, saat dikonfirmasi mengakui sepakat dengan penutupan sementara aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon. “Sambil kita mencari solusi terbaik dari berbagai pihak,” kata Azis.
Diakui Azis, dampak penutupan bongkar batu bara di Pelabuhan Cirebon memiliki efek domino baik bagi pengusaha maupun warga Kota Cirebon. Karenanya Azis pun mengaku pihaknya akan mengundang sejumlah pihak yang terkait dengan batu bara untuk duduk bersama mencari solusi terhadap permasalahan dan dampak batu bara di Pelabuhan Cirebon. ‘Jangan sampai kesehatan warga Kota Cirebon terganggu dengan adanya debu batu bara,” kata Aziss. Namun saat didesak kapan pertemuan tersebut akan dilakukan, Azis pun tidak menyebutkan waktunya secara pasti. “Secepatnya,” kata Azis.
Selanjutnya Azis pun mengakui jika sebelum surat penghentikan aktivitas bongkar batu bara di Pelabuhan Cirebon dikeluarkan, terlebih dahulu sudah ada pertemuan antara dirinya dengan KSOP Cirebon. “Memang ada pertemuan itu,” kata Azis mengakui.
Sementara itu Ketua Kadin Kota Cirebon, Yuyun Wahyu Kurnia, saat dikonfirmasi menyesalkan adanya penutupan total bongkar batu bara di Pelabuhan Cirebon. “Padahal dengan hanya difungsikannya satu dermaga yang paling jauh dengan pemukiman penduduk sudah merupakan salah satu solusi untuk meminimalkan dampak debu batu bara,” kata Yuyun.
Selain itu Pelindo II Pelabuhan Cirebon pun sudah melakukan sejumlah langkah untuk meminimalkan dampak debu, termasuk dengan memasang jaring untuk menyaring debu. “kalau dihentikan, bisa-bisa buruh pabrik akan demo karena pabriknya tidak lagi beroperasi,” kata Yuyun. Sementara itu KSOP Pelabuhan Cirebon, Revalindo, mengungkapkan jika penutupan bongkar batu bara hanya dilakukan sementara. “Maksimal 3 hari,” katanya.
IVANSYAH