TEMPO.CO, Bangkalan - Meski di awal 2016, intensitas hujan masih rendah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menetapkan status siaga darurat bencana alam. Kepala BPBD Bangkalan Wahid Hidayat mengatakan penetapan status itu sebagai tindak lanjut setelah Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan status serupa beberapa waktu lalu. Status ini akan berlaku hingga Maret 2016.
"Agar BPBD di daerah lebih siap, bila ada musibah terjadi mendadak," kata dia, Jumat, 8 Januari 2016.
Di Bangkalan, kata Dayat, sapaan akrab Wahid Hidayat, ada tiga bencana yang menjadi fokus utama pemantauan yaitu bencana banjir, tanah longsor dan puting beliung. Untuk banjir, lanjut dia, ada tiga kecamatan yang diwaspadai BPBD rawan terjadi banjir besar, antara lain Kecamatan Blega, Sepuluh dan Tanjung Bumi. "Genangan air akibat hujan yang biasa terjadi di kawasan kota juga kita antisipasi," ujar dia.
Sedangkan untuk musibah tanah longsor, BPBD mencatat Kecamatan Konang, Kokop, Gegger dan Kecamatan Galis paling rawan. "Di Konang sudah ada jembatan desa ambruk diduga akibat pergerakan tanah," terang Dayat.
Dia menambahkan, ada pun Kecamatan Burneh, Tanah Merah dan Kota Bangkalan tergolong sebagai kawasan paling rawan terjadinya angin kencang atau puting beliung yang disertai sambaran petir. "Di Kecamatan Burneh sudah ada 4 orang terkena sambaran petir dan 3 diantaranya meninggal dunia," ucap dia.
Secara umum, Dayat mengaku dari segi kelengkapan peralatan, lembaganya siap memberikan pertolongan darurat bila terjadi bencana alam. Saat ini, BPBD telah memiliki sarana untuk pembuatan dapur umum lapangan, truk serba guna, skoci, mobil TRC dan 4 perahu karet. "Kita juga punya 20 personel terlatih," papar dia.
Meski begitu, Dayat berharap selama musim penghujan tahun ini tidak ada musibah apa pun yang terjadi di Bangkalan. "Meski kami siap, tapi kami tidak berharap terjadi bencana alam," pungkas dia.
MUSTHOFA BISRI