TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berencana mencari lawan tanding bagi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Kandidat yang akan mereka usung, salah satunya, adalah Wali Kota Surabaya terpilih, Tri Rismaharini. "Kami akan mempertimbangkan peluang itu," ujar Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, Kamis, 7 Januari 2015.
Menurut Hasto, Rima merupakan kader sekaligus kepala daerah yang terbilang sukses. Keterpilihannya pada periode kedua dalam memimpin Surabaya merupakan modal awal yang bisa memuluskan jalannya berkompetisi dalam perebutan kursi Gubernur DKI tahun depan. "Risma punya pengalaman itu," katanya.
SIMAK: Ahok Sebut Risma dan Ridwan Kamil Potensial Jadi Gubernur
Hasto yakin sosok Risma bisa memberi warna baru untuk menjawab polemik masalah yang terus menghantui perjalanan Ibu Kota. Khususnya terkait dengan problem banjir, sistem transportasi, dan penataan kawasan kumuh. "Jakarta memerlukan sentuhan yang lebih manusiawi dan pemimpin yang memahami rakyat," tuturnya.
Meski demikian, kata Hasto, dukungan PDIP terhadap pencalonan Risma baru akan diputuskan pada Juni 2016, menjelang penetapan pasangan calon. PDIP juga tak menutup opsi menyandingkan Risma dengan Ahok—panggilan akrab Basuki Tjahaja Purnama. "Kami akan lihat berbagai peluang berdasarkan hasil survei," tuturnya.
SIMAK: Surya Paloh: Risma Belum Tentu Cocok dengan Jakarta
Nama Risma, belakangan, populer dalam survei soal calon kepala daerah Jakarta pada 2017. Cyrus Network, lembaga survei, membuat sebuah penelitian apabila Ahok, Risma, dan Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung) bertarung dalam pilkada Jakarta. Ketiga nama itu muncul karena sering menimbulkan kontroversi di masyarakat.
Managing Director Cyrus Network Eko Dafid Afianto mengungkapkan hasil survei lembaganya. Ketika Ahok dihadapkan dengan Emil—sapaan Ridwan Kamil—42 persen responden memilih mendukung Ahok, sedangkan Emil mendapat dukungan 38 persen.
Hasilnya tak jauh berbeda bila Ahok dihadapkan dengan Risma. Mantan Bupati Belitung Timur itu memperoleh dukungan 42 persen, sedangkan Risma 37 persen.
"Jika Ahok ingin melanjutkan kepemimpinannya untuk periode berikutnya, dia harus bisa segera memperbaiki kinerjanya," ujar Afid—sapaan Dafid Afianto—di D’Consulate, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Kamis, 7 Mei 2015.
SIMAK: Disindir Rismaharini, Ahok: Dia Tak Kenal Jakarta
Afid menjelaskan, berdasarkan hasil survei opini lembaganya, 20,7 persen responden menyatakan tidak puas atas pembangunan jalan di Ibu Kota. Sedangkan 23,1 persen responden menyatakan tak puas terhadap cara Ahok mengelola fasilitas Transjakarta. Afid menambahkan, kinerja Ahok dalam hal pembangunan jalan dan pelayanan fasilitas bus Transjakarta menjadi sorotan masyarakat.
Namun Ahok dianggap unggul dalam program pengerukan dan normalisasi saluran air. Berdasarkan data lembaganya, ucap Afid, 48,9 persen responden merasa puas atas kinerja Ahok di sektor itu. Selain itu, Ahok mendapat apresiasi dari responden karena melakukan perubahan dalam hal pengurusan dokumen kependudukan dan perizinan di kelurahan dan kecamatan. "Hampir 52,3 persen responden menyatakan puas terhadap kinerja Ahok dalam merombak masalah kependudukan dan perizinan," tuturnya.
SIMAK: Menang Mutlak Pilkada, Risma Jadi Narasumber Rakernas PDIP
Adapun Cyrus Network menyelenggarakan survei opini publik ini pada 23-27 April 2015. Jumlah responden dalam survei tersebut sebanyak 1.000 orang dengan proporsi responden laki-laki dan perempuan sebesar 50 : 50 persen. Metode survei yang dipakai ialah wawancara atau tatap muka, dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen dan tingkat kesalahan sekitar 3,1 persen.
RIKY FERDIANTO | GANGSAR P