TEMPO.CO, Lumajang - Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono belum bisa memastikan kapan musyawarah nasional Partai Golkar akan dilaksanakan. "Belum tahu kapan munas. Kubu Bali belum menyatakan kesediannya," kata Agung Laksono di Lumajang, Kamis, 7 Januari 2016.
Ditanya apakah akan mencalonkan lagi untuk menjadi ketua, Agung belum mau menjawab. "Soal mencalonkan lagi, kita lihat perkembangan nanti," katanya. Bagi Agung, yang penting ada perubahan. "Perubahan itu berarti tidak ada lagi pemimpin yang sekarang," katanya. Dia juga mengatakan ihwal kevakuman kepemimpinan Partai Golkar. "Ada kevakuman pada kepemimpinan Partai Golkar akibat dicabutnya SK Menkumham (Menteri Hukum dan HAM) tentang Kepengurusan Munas Ancol," katanya.
SIMAK: Akbar Tandjung: Nurdin Halid Tak Punya Kontribusi di Golkar
Bukan hanya hasil Munas Ancol, tapi Munas Riau juga habis masa berlakunya dan Munas Bali tidak disahkan. "Jadi terjadi kevakuman di Partai Golkar," ujarnya. Menurut Agung, kevakuman ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. "Ini tentu berbahaya dan tidak menguntungkan bagi perkembangan politik, baik di Partai Golkar sendiri maupun nasional," katanya. Karena itu, diperlukan usaha-usaha yang terbaik.
"Banyak pemikiran muncul, terutama dari senior-senior, adalah dengan menyelesaikan perselisihan ini. Karena awalnya, sebab musabab perselisihan muncul dari kepengurusan," tuturnya. Perselisihan itu harus diselesaikan melalui percepatan penyelenggaraan musyawarah nasional. "Kami berharap munas bisa diselenggarakan pada Februari atau awal Maret 2016 ini,” ucapnya.
SIMAK: Bamsat Sebut Julukan Baru Novanto: Papa Nggak Sabaran
Menurut Agung, rekonsiliasi yang terbaik adalah dengan diselenggarakannya musyawarah nasional. "Dari pihak Munas Ancol sudah siap melaksanakan Munas itu dan senior-senior juga sudah mendengar, seperti Akbar Tanjung, Siswono, bahkan BJ Habibie mendesak diselenggarakannya munas. Munas yang terbaik, demokratis, terbuka, transparan, dan tidak bertentangan dengan AD ART untuk menyelesaikan masalah," katanya.
DAVID PRIYASIDHARTA