Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Susuri Papua, Menggali Akar Konflik Tolikara

image-gnews
Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Iklan

TEMPO.CO, Jayapura -Presiden  Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Pendeta Dorman Wandikbo mengibaratkan penyelesaian hukum dalam  konflik Tolikara, Papua  pada 17 Juli 2015 seperti  api dan asap. Api sebagai akar persoalan tak kunjung diungkap , namun justru asapnya yang kini diadili di Pengadilan Negeri Jayapura, Provinsi Papua.

Sementara kesepakatan rekonsiliasi yang digagas masyarakat Muslim dan Kristen dan difasilitasi Menteri Koordinasi Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan  tidak direpsons oleh aparat penegak hukum.  Saat itu, menurut Dorman, telah disepakati proses hukum dikesampingkan dan mengutamakan rekonsiliasi . Sebab, kata Dorman, kerukunan hidup umat beragama di Tolikara berjalan baik selama ini.

Dorman menjelaskan, Ariyanto Kogoya dan Jundi Wanimbo, peserta acara Kebangkitan dan Kebangunan Rohani (KKR) yang diadakan GIDI didakwa sebagai provokator sehingga terjadi pembakaran rumah toko (ruko) dan mushala di Tolikara pada 17 Juli 2015. Namun keduanya menolak dakwaan itu.

“Api itu Kapolres, Namanya Soeroso. Dari Jakarta katanya orang itu bikin kacau, dicopot. Tapi kita tahu dia bukan dicopot, tapi naik pangkat. Satu permainan yang luar biasa,” kata Dorman kepada Tempo saat ditemui di kantor Sinode Gereja Kemah Injil Kingmi di Papua, Jayapura,  17 Desember 2015.

Dorman yang baru saja selesai mengikuti persidangan  Ariyanto Kogoya dan Jundi Wanimbo di Pengadilan Negeri Jayapura mengatakan,   persoalan dalam kasus Tolikara adalah penggunaan alat pengeras suara  saat shalat Id. Bersamaan itu   peserta KKR GIDI dari sejumlah provinsi  sedang ibadah.  Tentang larangan penggunaan alat pengeras suara, kata Dorman, sudah jauh-jauh hari disepakati oleh Muspida Tolikara dan tokoh-tokoh umat Kristen dan Muslim Tolikara.  

Sehingga Dorma mendesak agar  Soeroso dan tokoh umat Muslim Tolikara, ustad Ali Muchtar  dimintai  keterangan resmi oleh aparat hukum. “Dua orang ini kunci kasus Tolikara. Apinya itu bersumber dari dua orang ini, bukan Ariyanto, bukan Jundi, bukan umat Muslim,” tegasnya.

Dorman hadir  di Tolikara saat terjadi aksi protes peserta KKR atas penggunaan alat pengeras suara yang berujung pada pembakaran ruko dan merembes ke mushola ikut terbakar dan penembakan ke arah  pemrotes, satu orang tewas dan 11 orang terluka.  Sehingga ia mempertanyakan kenapa aparat keamanan membawa senjata saat shalat Id. Dorman menduga aparat keamananlah yang melakukan tembakan.

Sayang, uji coba balistik yang dilakukan Polda Papua tak kunjung dibuka ke publik untuk mengetahui akar masalahnya.  “Uji balistik tidak akan terungkap jika mengenai orang Papua asli,” ujar Dorman kecewa. 

Meski tak jelas pelaku penembakan dan motifnya, Dorman mengaku punya bukti tentang penembak saat aksi protes terjadi pada 17 Juli 2015.  “Saya ada foto senjatanya, orang berdiri pakai pakaian putih kasih keluar pistol, tikar dilepas dan kasih keluar laras. Itu berarti, sudah ada orang buat skenario,” ujarnya.

Dorman menduga motif konflik Tolikara adalah melemahkan GIDI dan kekuatan gereja-gereja di Papua.  Pihak ketiga dari luar Papua yang berasal dari kelompok radikal , ujarnya,  berhasil memecah belah gereja Kimni dan Bethel di Papua. Sejauh ini, tinggal GIDI yang diklaim Dorman kompak dan bersatu.

Ketua Sinode Gereja  Kemah Injil Kingmi di Papua, Benny Giay yang mendampingi Dorman tersenyum mendengarkan penjelasan Dorman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sambil mengangkat dan menggoyangkan jari telunjuknya, Dorman menegaskan, jangan ada intimidasi umat Kristen di Indonesia. Ia meminta semua orang menghormati Pancasila apapun agamanya. Khusus Papua, Dorman mengingatkan, urat nadi orang Papua adalah  gereja.  

 “Jadi, Jakarta ganggu Freeport, Jakarta ganggu minyak di Sorong, Jakarta ganggu TPN-OPM ,  Jakarta ganggu yang lain-lain, dia masih bisa bermain, masih aman. Tapi kalau Jakarta ganggu gereja, itu pasti tidak akan lagi sama-sama dengan bangsa ini. Itu sudah jelas,” tegas Dorman.

Untuk itulah, Dorman meminta Presiden Jokowi  dan Kapolri Badrodin Haiti memberikan penegasan tentang keberpihakannya di Papua.   “ Pak Jokowi itu perlu agama atau perlu bangsa atau negara? Pak Kapolri itu perlu   agama atau negara?  Kalau dia perlu negara, hargai orang Kristen . Kalau dia perlu negara, tidak boleh intimidasi orang-orang Kristen di Indonesia. Harus akui Pancasila. Agama Hindu, agama Budha, agama Muslim, agama Kristen, hargai.”

Mantan Kapolres Tolikara, Soeroso dengan nada suara tinggi memberikan penjelasan kepada Tempo melalui telepon selulernya, Rabu, 6 Januari 2016. Soeroso  mengatakan, penembakan yang terjadi pada 17 Juli 2015 sebagai ekses dari aksi protes dan pembakaran ruko serta mushola. “Kalau tidak ada kejadian, tidak akan ada penembakan,” ujarnya.

Mengenai foto-foto aparat yang membawa senjata saat shalat Id yang dimiliki GIDI, Soeroso membenarkan ada aparat keamanan membawa senjata saat shalat Id . Namun ia memastikan aparat-aparat yang membawa senjata bukan anak buahnya. “Yang bawa senjata itu Brimob (pasukan yang di-bko-kan untuk pengamanan acara KKR dan Idul Fitri)  aparat Koramil Karubaga, dan TNI, ” ujar  Soeroso.

Tentang alasan aparat membawa senjata saat shalat Id,  mantan Komandan Brimob di Kabupaten Paniai  ini menjelaskan, aparat Brimob dan TNI kemana saja memang membawa senjata. “Mungkin hanya buang air saja senjata tidak menempel,” ujarnya.  

Meski tahu ada aparat Brimob dan TNI membawa senjata, namun Soeroso mengaku tidak tahu siapa pelaku penembakan. Soeroso   menjelaskan, ia  keluar dari halaman Koramil yang digunakan untuk shalat  guna menenangkan massa yang protes. Sedang bernegosiasi, ia mendengar suara tembakan.

Tuntutan Dorman agar Soeroso diperiksa secara resmi oleh penegak hukum, Soeroso menyerahkan keputusan itu pada aparat penegak hukum. Sebaliknya, ia meminta Dorman menjelaskan kelompok radikal yang terlibat dalam konflik Tolikara. “Saya tidak tahu tentang kelompok radikal, suruh Dorman tunjuk kelompok radikal yang dimaksud.”

MARIA RITA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

3 jam lalu

Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait persoalan HAM selama Pemilu 2024 di Jakarta, Rabu, 21 Februari 2024. Sejumlah pelanggaran HAM yang ditemukan di antaranya, hak pilih kelompok marginal dan rentan, netralitas aparatur negara, hak kesehatan, dan hak hidup petugas pemilu. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Bertemu Panglima TNI, Ketua Komnas HAM Sebut Tak Khusus Bahas Soal Papua

Pertemuan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Komnas HAM tidak secara khusus membahas konflik di Papua dan upaya penyelesaiannya.


TPNPB Kembali Tuding TNI Jatuhkan Bom di Papua Demi Selamatkan Pilot Susi Air

15 jam lalu

Sebby Sambom. phaul-heger.blogspot.com
TPNPB Kembali Tuding TNI Jatuhkan Bom di Papua Demi Selamatkan Pilot Susi Air

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) kembali menuding TNI melakukan pengeboman untuk menyelamatkan pilot Susi Air


Kapendam Cendrawasih Bantah Tudingan TPNPB-OPM soal Zona Perang di Paniai Papua

1 hari lalu

Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan. Foto: Dok. Pendam XVII/Cenderawasih
Kapendam Cendrawasih Bantah Tudingan TPNPB-OPM soal Zona Perang di Paniai Papua

TNI membantah menetapkan wilayah di Papua, khususnya Paniai sebagai kawasan peperangan atau zona operasi khusus militer.


TPNPB-OPM Bunuh Polisi, Kapolda: Kami Tak Akan Biarkan Mereka Bikin Kejahatan di Tanah Papua

1 hari lalu

Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri berjalan usai mengikuti rapat koordinasi terkait kondisi terkini di Papua pasca penangkapan Gubernur non aktif Lukas Enembe, di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2023. Berdasarkan hasil rapat tersebut, Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan bahwa kondisi Papua aman dan damai pascapenangkapan Lukas Enembe. TEMPO/Imam Sukamto
TPNPB-OPM Bunuh Polisi, Kapolda: Kami Tak Akan Biarkan Mereka Bikin Kejahatan di Tanah Papua

Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan tidak akan membiarkan TPNPB-OPM melakukan kejahatan di Papua.


Pemerintah Diminta Tak Bebankan Penyelesaian Konflik Papua Hanya pada TNI dan Polri

1 hari lalu

Ilustrasi TNI. ANTARA
Pemerintah Diminta Tak Bebankan Penyelesaian Konflik Papua Hanya pada TNI dan Polri

Pemerintah harus menyelesaikan masalah di Papua dengan cara-cara yang komprehensif dan lintas sektor.


Kapendam Cendrawasih Bantah Tambah Pasukan TNI di Paniai Papua

1 hari lalu

Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan. Foto: Dok. Pendam XVII/Cenderawasih
Kapendam Cendrawasih Bantah Tambah Pasukan TNI di Paniai Papua

Kapendam XVII Cendrawasih Letkol Inf Candra Kurniawan membantah tudingan adanya pengerahan pasukan gabungan TNI-Polri di Paniai.


Bentrok TNI Vs Brimob di Sorong, Kapolda Papua: Masalah Sepele, Perkelahian Antaroknum

1 hari lalu

Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri berjalan usai mengikuti rapat koordinasi terkait kondisi terkini di Papua pasca penangkapan Gubernur non aktif Lukas Enembe, di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2023. Berdasarkan hasil rapat tersebut, Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan bahwa kondisi Papua aman dan damai pascapenangkapan Lukas Enembe. TEMPO/Imam Sukamto
Bentrok TNI Vs Brimob di Sorong, Kapolda Papua: Masalah Sepele, Perkelahian Antaroknum

Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan bentrok TNI Vs Brimob di Sorong tak menganggu kondisi keamanan Papua secara keseluruhan.


Kasatgas Operasi Damai Cartenz Bantah Pernyataan Jubir TPNPB-OPM soal Pengerahan TNI-Polri

2 hari lalu

Kasatgas Damai Cartenz Kombes Pol. Faizal Rahmadani. ANTARA/Evarukdijati
Kasatgas Operasi Damai Cartenz Bantah Pernyataan Jubir TPNPB-OPM soal Pengerahan TNI-Polri

Kepala Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz membantah tudingan adanya pengarahan pasukan gabungan TNI-Polri setelah penembakan Dandim.


TPNPB-OPM Klaim Ada Mobilisasi Militer Buntut Pembunuhan Danramil Aradide, Ini Kata Satgas Damai Cartenz

2 hari lalu

Pasukan TNI-Polri menembak mati satu anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) saat akan menyerang pesawat sipil yang hendak mendarat di Bandara Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan, Jumat, 22 September 2023. [Penerangan Kogabwilhan III)
TPNPB-OPM Klaim Ada Mobilisasi Militer Buntut Pembunuhan Danramil Aradide, Ini Kata Satgas Damai Cartenz

Pengerahan pasukan TNI-Polri itu berlangsung setelah TPNPB OPM pimpinan Matius Gobai membunuh Danramil Aradide Letda Oktovianus Sogalrey.


TPNPB OPM Akui Tikam Anggota Polri Bripda Oktovianus Buara hingga Tewas di Yahukimo

2 hari lalu

Jenazah Bripda Oktovianus Buara yang ditemukan meninggal akibat dianiaya di Dekai tiba di Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa 16 April 2024. (ANTARA/HO/Dok KP3 Bandara Sentani)
TPNPB OPM Akui Tikam Anggota Polri Bripda Oktovianus Buara hingga Tewas di Yahukimo

TPNPB OPM menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan Bripda Oktavianus Rebuara, polisi yang bertugas di Dekai, Yahukimo, Papua Pegunungan.