Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Balai Arkeologi Identifikasi 79 Situs Sejarah di Banyuwangi  

image-gnews
Situs Macan Putih. TEMPO/Ika Ningtyas
Situs Macan Putih. TEMPO/Ika Ningtyas
Iklan

TEMPO.COBanyuwangi - Balai Arkeologi Yogyakarta berhasil mengidentifikasi 79 situs sejarah di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Situs-situs itu berasal dari masa prasejarah, klasik atau Hindu-Budha, serta masa kolonial dan Islam. “Banyuwangi mempunyai potensi arkeologi yang lengkap,” kata Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, Hari Lelono, kepada Tempo Selasa, 5 Januari 2016.

Hari menjelaskan, penelitian arkeologi di Banyuwangi dilakukan sejak 2013 hingga 2015. Situs-situs tersebut terdiri atas 11 kategori, yakni bangunan rumah tinggal, makam, sumur, gudang, bangunan publik, bungker, pemujaan, artefak, pabrik, bendungan, dan bangunan lain yang belum diketahui detail fungsinya.

Menurut Hari, situs prasejarah terletak di Kecamatan Glenmore dan Kecamatan Muncar. Balai Arkeologi mengidentifikasi Perkebunan Kendeng Lembu di Glenmore sebagai situs Neolitikum. Situs itu diduga kuat sebagai permukiman tertua di Pulau Jawa. Sedangkan di Muncar, Balai Arkeologi menemukan dua situs megalitikum berupa punden berundak.

Adapun situs masa klasik atau Hindu-Budha antara lain situs Gumuk Payung dan situs Bale Kambang di Kecamatan Muncar; serta sejumlah artefak di Pura Sandya Dharma dan fragmen batu candi di Alas Purwo.

Sedangkan situs masa kolonial di antaranya bangunan pabrik pengolahan kopi di Perkebunan Kalibendo, Asrama Inggrisan, dan sejumlah bungker tepi pantai yang dibangun di era penjajahan Jepang.

Hari mengatakan sebagian besar situs tersebut, terutama bangunan kolonial, dalam kondisi memprihatinkan karena rusak dan hilang. Untuk mengetahui keberadaan bangunan-bangunan kolonial ini, Balai Arkeologi menggunakan tiga peta di era kolonial Belanda, yakni tahun 1830, 1850, dan 1915. “Banyak bangunan kolonial yang tak bisa ditemukan lagi saat ini,” ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hari menjelaskan bangunan kolonial yang hilang, seperti Hotel Asia Pasifik di selatan Taman Blambangan, gedung-gedung perbankan di Pantai Boom, dan Gedung Juang yang dulunya adalah kamar bola (societet). Hilang dan rusaknya bangunan situs tersebut karena rendahnya kesadaran pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam merawat peninggalan sejarah.

Balai Arkeologi, Hari melanjutkan, telah memberi rekomendasi kepada pemerintah Kabupaten Banyuwangi agar menetapkan situs-situs sejarah itu menjadi cagar budaya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010. “Perlindungan terhadap situs sejarah penting sebagai bagian identitas masyarakat Banyuwangi.”

Pelaksana tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Yanuarto Bramudya, mengakui belum satu pun situs sejarah di daerahnya ditetapkan sebagai cagar budaya. Alasannya, pemerintah daerah masih menunggu keseluruhan hasil penelitian dari Balai Arkeologi.

Alasan lainnya, kata Yanuarto, pemerintah Kabupaten Banyuwangi belum mengalokasikan anggaran khusus untuk perawatan situs-situs sejarah tersebut. Sebab, anggaran di instansinya masih difokuskan untuk pengembangan pariwisata alam dan kesenian. “Semoga tahun 2016 ada anggaran untuk perawatan situs-situs sejarah,” ucapnya.

IKA NINGTYAS

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Digelar Tiga Hari, Festival Pecinan Banyuwangi Angkat Kuliner dan Kesenian Khas Tionghoa

55 hari lalu

Pecinan Street Food menyuguhkan beragam atraksi seni hingga aneka kuliner khas Tionghoa selama tiga hari sejak Jumat, 23-25 Februari 2024 di di Tempat Ibadah Tri Dharma Hoo Tong Bio, Kecamatan Banyuwangi. (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tiga Hari, Festival Pecinan Banyuwangi Angkat Kuliner dan Kesenian Khas Tionghoa

Festival Pecinan yang digelar tiga hari, 23-25 Februari 2024, menunjukkan bagaimana keguyuban dan keramahan semua etnis yang ada di Banyuwangi.


Kupas Tuntas Suku Osing, Penduduk Asli Banyuwangi

28 Desember 2023

Warga melintas di gapura Desa Adat Osing Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. ANTARA/Budi Candra Setya
Kupas Tuntas Suku Osing, Penduduk Asli Banyuwangi

Dengan warisan tradisi, bahasa, seni, dan kepercayaan yang unik, Suku Osing di Banyuwangi membentuk identitas budaya yang kaya dan beragam.


Libur Nataru ke Mana? Deretan Rekomendasi 9 Wisata Pantai di Banyuwangi

27 Desember 2023

Pantai Grajagan, Banyuwangi. Banyuwangitourism.com
Libur Nataru ke Mana? Deretan Rekomendasi 9 Wisata Pantai di Banyuwangi

Destinasi pantai di Banyuwangi adalah surga yang tak boleh dilewatkan bagi pencinta alam dan petualangan. Simak daftar 9 destinasi wisata pantai itu.


Mengenal Desa Wisata Adat Osing Kemiren di Banyuwangi

27 Desember 2023

Warga melintas di gapura Desa Adat Osing Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. ANTARA/Budi Candra Setya
Mengenal Desa Wisata Adat Osing Kemiren di Banyuwangi

Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata, Kemiren, Banyuwangi, tersedia homestay yang siap digunakan sebagai tempat menginap.


Rekomendasi 11 Kuliner yang Wajib Anda Cicipi Saat Berada di Banyuwangi

27 Desember 2023

Kuliner Pecel Rawon resmi tercatat sebagai Pengetahuan Tradisional (PT) asli Bumi Blambangan, Kabupaten Banyuwangi. Foto: Diskominfo Pemkab Banyuwangi.
Rekomendasi 11 Kuliner yang Wajib Anda Cicipi Saat Berada di Banyuwangi

Di samping pesonanya yang menawan, kekayaan kuliner yang ditawarkan di Banyuwangi menghadirkan pengalaman rasa yang tak terlupakan.


Banyuwangi Raih Penghargaan Daerah Terinovasi dan Satyalencana Wira Karya

18 Desember 2023

Banyuwangi Raih Penghargaan Daerah Terinovasi dan Satyalencana Wira Karya

Menumbuhkan budaya inovasi yang terintegrasi dengan program masyarakat. Ada sekitar 270 inovasi berbasis digital ataupun non-digital.


Sebagian Artefak Terdampak Kebakaran Museum Nasional Sudah Dievakuasi, Polisi: Banyak yang Masih Utuh

19 September 2023

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Umum Museum dan Cagar Budaya Museum Nasional (kiri) dan Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin (kanan) di halaman depan Museum Nasional pada Senin, 18 September 2023 saat memaparkan kondisi terkini usai kebakaran. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Sebagian Artefak Terdampak Kebakaran Museum Nasional Sudah Dievakuasi, Polisi: Banyak yang Masih Utuh

Artefak yang berhasil teridentifikasi usai kebakaran Museum Nasional sudah dievakuasi ke tempat yang aman.


Kebakaran Museum Nasional, Polisi Akui Sulit Bedakan Antara Benda Bersejarah dan Reruntuhan

17 September 2023

Kapolres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Polisi Komarudin menemui media di halaman depan Museum Nasional, Minggu, 17 September 2023. Tempo/M. Faiz Zaki
Kebakaran Museum Nasional, Polisi Akui Sulit Bedakan Antara Benda Bersejarah dan Reruntuhan

Polisi mengakui kesulitan melakukan identifikasi benda sejarah di Museum Nasional atau Museum Gajah


Festival Kucur, Cara Kabupaten Banyuwangi Kenalkan Jajanan Tradisional Mereka

27 Juli 2022

Kue kucur, kue tradisional Malang di Lapangan Rampal, Malang, pada Sabtu hingga Minggu, 1-2 September 2018. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Festival Kucur, Cara Kabupaten Banyuwangi Kenalkan Jajanan Tradisional Mereka

Dalam Festival Kucur ini banyak kreasi dan ide unik untuk membuat beragam jenis kreasi kucur.


Gali Inspirasi Soekarno, Bupati Ipuk Ajak Gotong Royong Bangun Banyuwangi

10 Juli 2022

Gali Inspirasi Soekarno, Bupati Ipuk Ajak Gotong Royong Bangun Banyuwangi

Dengan bergotong royong inilah kunci untuk memajukan bangsa kita.