Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sukarno, Edhi Sunarso, dan Kisah Patung Anti-Imperialisme

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Tugu Selamat Datang karya Edhi Sunarso di bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Dok. TEMPO/Dwianto Wibowo
Tugu Selamat Datang karya Edhi Sunarso di bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Dok. TEMPO/Dwianto Wibowo
Iklan

TEMPO.COJakarta - Wajah tuanya tampak gembira tapi matanya berkaca-kaca ketika patung itu resmi ia serahkan kepada Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sebelumnya, perguruan tinggi seni ini menganugerahkan penghargaan Empu Ageng Seni kepada laki-laki itu, seniman patung Edhi Sunarso. Kegembiraan Edhi makin lengkap ketika ia akhirnya, pada saat yang sama, bisa menggelar pameran tunggal pertama, pada usia 77 tahun, dengan memamerkan 45 karya patung individual di Jogja Gallery.

Sosok yang tergambar pada patung itulah soalnya. Patung berjudul Potret Wajah Terakhir Putra Fajar itu menghasilkan siluet potret diri Bung Karno, presiden pertama republik ini, yang mengakhiri pengabdiannya lewat sakit dan menjadi tahanan rumah. Potret diri Sukarno atau Soekarno terbentuk dari campuran garis-garis tegas abstrak geometris dengan garis-garis representasional dari bahan tembaga dengan teknik las kenteng. Ada rantai dan gembok, simbol pemenjaraan dirinya. Hasilnya: citraan sosok Sukarno yang keras hati tapi punya perasaan halus. ”Tokoh yang dekat dengan kesenian dan sangat menghargai seni,” tulis Edhi dalam ka­talog pameran.

Pameran patung Edhi Sunarso ini pernah dimuat Majalah Tempo edisi 25 Januari 2010. Edhi Sunarso wafat Senin, 4 Januari 2016 pada pukul 22.53. Jenazah disemayamkan di rumah duka Griya Seni Kustiyah Edhi Sunarso, Desa Nganti RT 02 RW 07, Jalan Cempaka No. 72, Mlati, Sleman, Yogyakarta, dan akan dimakamkan di makam seniman Imogiri. Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka pukul 13.00, Selasa, 5 Januari 2016.

Rasa haru Edhi tidak mengada-ada. Sukarno-lah yang menyebabkan Edhi berkutat dalam proyek pembangunan banyak patung monumen dan diorama sejarah sepanjang kariernya sebagai seniman patung. Keterlibatannya pertama kali dengan proyek patung mo­numen dan diorama sejarah adalah berkat kecerdikan Bung Karno dalam mengobarkan rasa patriotisme dan na­sionalisme dalam diri Edhi, yang pernah bergerilya pada masa revolusi. Pada usia belasan tahun, Edhi pernah menjadi komandan pasukan sabotase, bergerilya dari lima kantong gerilya di Jawa Barat; ia pernah tertangkap Belanda dan dibui selama tiga tahun.

Sebagai bekas gerilyawan, tantangan Bung Karno, tugas menggarap proyek patung Selamat Datang pada 1958, membuat Edhi tak tahan. Patung setinggi sembilan meter dari perunggu itu, dirancang untuk mempercantik Jakarta yang akan menyambut kedatangan 144 delegasi olahraga negara yang baru lepas dari cengkeraman kolonialisme, dikenal dengan sebutan The New Emerging Forces.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kala itu Soekarno menantang na­sionalisme Edhi: apakah harus mendatangkan seniman asing untuk menggarap patung itu? Tantangan ini membuat Edhi melupakan kenyataan bahwa ia belum pernah membuat patung setinggi itu. ”Jangankan sembilan meter, sembilan sentimeter pun (saya) belum pernah membuat patung dari perunggu,” ujar Edhi. Lima tahun sebelumnya, ia memang pernah membuat monumen Tugu Muda di Semarang bersama Sanggar Pelukis Rakyat, tapi dari bahan batu. Saat itu juga belum ada bengkel yang punya pengalaman mengecor perunggu. Toh, patung Selamat Datang selesai juga meski tingginya berkurang menjadi enam meter.

Dalih nasionalisme pula yang digunakan Bung Karno untuk memaksa Edhi menerima tawarannya membuat diorama di Monumen Nasional. ”Saya bukan saja tidak pernah membuat diorama, melainkan saya juga tidak pernah melihat seperti apa itu diorama,” katanya. Bung Karno tak peduli. Edhi akhirnya setuju. Ia pulang ke Yogyakarta berbekal empat jilid buku yang disusun 23 sejarawan senior.

RAIHUL FADJRI, SUNUDYANTORO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

2 hari lalu

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita


Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

21 hari lalu

Sejumlah anggota Pramuka melakukan atraksi tongkat pada upacara pembukaaan Jambore Nasional Gerakan Pramuka di Buperta Cibubur, Jakarta, Minggu, 14 Agustus 2022. Jambore Nasional Gerakan Pramuka yang berlangsung pada 14 hingga 21 Agustus 2022 ini digelar dengan tema Ceria, Berdedikasi dan Berprestasi bertujuan membentuk sikap, perilaku, keterampilan, dan pengalaman kode kehormatan Pramuka Satya dan Darma Pramuka. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

27 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mohammad Natsir. Dok.TEMPO/Ali Said
Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.


Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) meninjau lahan yang akan dijadikan
Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.


Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Jenderal Ahmad Yani. Wikipedia
Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.


Siapa Pencetus Nama Pramuka?

14 Agustus 2023

Ilustrasi Pramuka. Getty Images
Siapa Pencetus Nama Pramuka?

Nama Pramuka diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mendapat inspirasi dari kata Poromuko, yang berarti pasukan terdepan dalam perang.


Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

14 Agustus 2023

Suasana upacara api unggun dalam acara Persami (Perkemahan Sabtu-Minggu) untuk memperingati Hari Pramuka ke-61, di lapangan SD Negeri Anyelir 1, Depok, Sabtu, 13 Agustus 2022. TEMPO/ Gunawan Wicaksono
Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

Awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie pada 1912.


Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

13 Agustus 2023

Ilustrasi sengketa tanah. Pixabay/Brenkee
Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

Masyarakat di Pekon (Desa) Sukapura, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat menerima SK pembebasan hutan kawasan dari Menteri Siti Nurbaya.


LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

8 Juli 2023

Pekerja membongkar aspal yang menutup jalur trem masa kolonial Belanda  di kawasan Gajah Mada, Jakarta, Rabu, 9 November 2022. Nantinya jalur trem peninggalan Belanda tersebut akan dipindahkan dan disimpan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

Sebelum LRT Jabodebek yang bakal diresmikan bulan depan, Jakarta yang dahulu Batavia hingga pasca Kemerdekaan pernah memiliki moda Trem.