TEMPO.CO, Depok - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok Muhammad Supariyono menyayangkan belum maksimalnya mutu pendidikan warga Depok. Berdasarkan data yang dia miliki bila dirata-ratakan tidak ada penduduk Depok yang bisa lulus SMA. "Pendidikan di Depok baru sampai 11,3 tahun. Padahal, wajib belajar 12 tahun," kata Supariyono, Senin, 4 Januari 2016.
Hasil rata-rata itu cukup mengkhawatirkan mengingat Depok adalah kota di perbatasan dengan Jakarta, ibu kota yang menjadi etalase Indonesia. Namun, bila ditilik dari angka nasional, kualitas pendidikan di Depok masih lebih besar. Soalnya, angka pendidikan nasional jauh lebih rendah, yakni tujuh tahun. "Tapi, jangan puas dulu. Lihat Depok sebagai perbatasan dengan Jakarta," ucap Supariyono.
BACA JUGA
Jokowi Minta Semua Menteri Terapkan 'Susinisasi'
Real Madrid Pecat Rafael Benitez!
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pendidikan di Depok masih bercokol pada 11,3 tahun, yakni rendahnya pola pikir warga terhadap pendidikan, faktor ekonomi, budaya, dan anggapan warga yang menganggap sekolah tidak penting. "Bahkan ada orang tua mampu membeli rokok, tapi menyekolahkan anak tidak bisa. Pola pikir ini yang harus diubah. Sekolah negeri di Depok gratis."
Bila berkaca pada Israel, bangsa Indonesia sangat jauh tertinggal. Bahkan, dari satu juta penduduknya, rasio warga yang bergelar doktor mencapai 16 ribu jiwa. Belum lagi hampir seluruh dunia menggunakan produk Israel. "Banyak warga Depok yang putus sekolah. Seharusnya bisa mencontoh Israel dalam hal pendidikan," ujarnya.
SIMAK PULA
HUT Bayi Kembar Ini Bakal Merepotkan Orang Tuanya, Kenapa?
Jokowi Dicela Aktivis Satwa: Borong Burung di Pasar Pramuka
Selain itu, menurut Supariyono, mutu pendidikan di Kota Depok belum sesuai dengan visi kota tersebut, yakni menjadi kota niaga dan jasa. Kurikulum pendidikan di Depok mesti bisa membangun dan berorientasi pada bisnis. Bisnis di sini, kata dia, adalah membangun sekolah yang mencetak pelajar yang bakal dijadikan wirausaha.
"Jangan hanya menjadi pendidikan yang normatif, atau sekolah pada umumnya. Seharusnya buat sekolah berbasis bisnis, yang kurikulumnya dipertajam ke arah sana. Jangan hanya sekolah formal biasa," ujar Supariyono.
IMAM HAMDI
BERITA MENARIK
Zidane Tangani Real Madrid, Begini Riwayat Kariernya
Sehari Diunggah, Foto Ini Sudah Di-Like Satu Juta Kali