TEMPO.CO, Yogyakarta - Penyelenggaraan acara jumenengan (penobatan) penguasa Puro Pakualaman, Kanjeng Bendoro Pangeran Hario Prabu Suryodilogo, sebagai Paku Alam X diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 500 juta. Separuh di antaranya diperoleh dari bantuan masyarakat.
“Lima puluh persen lebih dari saweran warga. Ada yang bantu tenda, sound system, juga lainnya,” kata Ketua II Panitia Jumenengan Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati (KGPAA) Paku Alam X yang mengurusi bagian undangan, Kanjeng Mas Tumenggung Tirtodiprodjo, di Puro Pakualaman, Yogyakarta, Senin, 4 Januari 2016.
Lantaran dana yang tersedia minim, perlengkapan untuk prosesi pun sederhana. Panitia tidak menyediakan suvenir khusus berharga mahal untuk tamu undangan. “Suvenirnya cuma kipas kertas sama buku tentang Pakualaman,” ucap Tirtodiprodjo sambil menunjukkan kipas berbentuk bulat.
Bahkan tidak ada menu khusus yang disajikan dalam perhelatan resmi tersebut. “Yang saya utamakan, sesaji untuk jumenengan dan kirab,” ujar Ketua Panitia I KPH Endrokusumo.
Meski demikian, di antara 1.500 tamu yang diundang, ada beberapa tamu undangan penting. Antara lain Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah menteri, dan duta besar negara-negara kerajaan. “Belum ada kepastian konfirmasinya. Tapi Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama mungkin hadir,” tutur Tirtodiprodjo.
Upacara jumenengan dilangsungkan Kamis, 7 Januari 2016, pukul 08.15 WIB di Bangsal Sewatama. Prosesi itu diharapkan selesai pada pukul 12.00 WIB. Acara dilanjutkan dengan kirab enam kereta kuda pada pukul 14.00 WIB.
Penobatan ini ditentang anak almarhum Paku Alam VIII dari istri pertama, Kanjeng Pangeran Hario Anglingkusumo, yang masih bersikukuh bahwa dialah pewaris tahta yang sah sejak Paku Alam VIII mangkat. Anglingkusumo menolak Kanjeng Bendoro Pangeran Hario Prabu Suryodilogo diangkat menjadi Paku Alam X.
PITO AGUSTIN RUDIANA