TEMPO.CO, Bandung - Ketua Protection of Forest and Fauna (Profauna) Rosek Nursahid menilai Presiden Joko Widodo salah langkah ketika memborong burung di Pasar Pramuka, Jakarta, akhir pekan lalu untuk dilepasliarkan di Kebun Raya Bogor, Ahad, 3 Januari 2016.
“Niatnya (Presiden) baik dan bagus, tapi bisa jadi bahan tertawaan dunia,” katanya saat dihubungi, Senin, 4 Januari 2015.
SIMAK: Jokowi Dicela Aktivis Satwa: Borong Burung di Pasar Pramuka
Menurut Rosek, dunia kini tengah melawan perdagangan satwa liar. Profauna Indonesia menyimpulkan 95 persen burung-burung yang diperdagangkan merupakan hasil tangkapan langsung dari alam. “Jumlah penangkar burung masih sedikit, pedagang lebih suka tangkap di alam karena lebih murah,” ujarnya.
Profauna baru-baru ini mendapatkan bukti penangkapan burung secara masif di kawasan Taman Nasional Gunung Bromo-Tengger. Para pelaku membentangkan jaring ukuran 5-10 meter di 5-10 titik lokasi untuk menangkap beragam jenis burung. “Jaringnya yang biasa dipakai peneliti untuk riset burung,” kata Rosek.
SIMAK: Burung Langka Dijual di Pasar Pramuka, Diduga Ilegal
Tindakan Jokowi yang memborong 190 ekor burung di Pasar Pramuka dinilainya tidak bijak karena akan terus memicu penangkapan burung di alam. “Kalau beli atas nama konservasi, malah jadi eksploitasi satwa,” tutur Rosek.
Pelepasan burung pun, menurut Rosek, harus tetap berdasarkan kajian ilmiah agar tidak menimbulkan masalah ekologi. “Kami sedang koordinasi dengan kawan-kawan di Jakarta untuk kasih masukan ke Jokowi.”
ANWAR SISWADI