Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sabda Sultan Yogya Dinilai Hadiah Tahun Baru Penuh Duka

image-gnews
GKR Ratu Hemas mendampingi Ngarso Dalem Sri Sultan HB X pada saat menjelaskan serta meluruskan isi Sabda Raja di Panembahan, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Sri Sultan menuturkan Buwono jika diartikan
GKR Ratu Hemas mendampingi Ngarso Dalem Sri Sultan HB X pada saat menjelaskan serta meluruskan isi Sabda Raja di Panembahan, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Sri Sultan menuturkan Buwono jika diartikan "jagat alit". Sedangkan Bawono artinya "jagad besar". TEMPO/Pius Erlangga
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh tiba-tiba menyampaikan sabdaraja menjelang tutup tahun 2015 di Sitihinggil Keraton Yogyakarta pada 31 Desember 2015.

Isi sabdaraja tersebut dinilai adik tirinya, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat akan menimbulkan kepanikan lagi karena ada pihak-pihak yang pro dan kontra.

“Saya kira ini hadiah tahun baru yang penuh mendung (duka) di Yogyakarta,” kata Yudhaningrat saat ditemui di kediamannya di Ndalem Yudhaningratan Yogyakarta, Kamis, 31 Desember 2015.

Lantaran berdasarkan informasi teman dan saudara Yudhaningrat yang datang, ada empat poin isi sabdaraja. Pertama, sabda tersebut disampaikan atas dasar perintah Tuhan dan para leluhur Sultan. Kedua, tahta kerajaan hanya bisa diwariskan kepada keturunannya.

Ketiga, apabila adik-adik, kerabat, dan abdi dalem tidak mematuhi perintah Sultan, maka akan dicopot dari kedudukannya. Keempat, ketidakpatuhan itu disertai keharusan keluar dari bumi Mataram.  “Saya sama Kangmas Prabu (GBPH Prabukusumo) berencana mau cari kontrakan,” kata Yudhaningrat sambil tertawa.

Dia mempertanyakan isi sabdaraja yang dinilai selalu bertentangan dengan paugeran. Dia mencontohkan, yang memberi izin tinggal di Ndalem Yudhaningratan adalah ayahnya, almarhum Sultan HB IX dengan hak anggadhuh.

Kemudian yang disebut bumi Mataram itu meliputi wilayah Keraton Yogyakarta dan Surakarta. “Bumi Mataram yang dimaksud Pak Bawono itu yang mana?” tanya Yudhaningrat.

Yudhaningrat menolak hadir di Sitihinggil meskipun diundang melalui telepon oleh Sekretaris Sultan sekitar pukul 08.00 pada hari yang sama. Dia diminta hadir dengan mengenakan baju peranakan.

Lantaran Sultan juga tak mengenakan baju kebesaran raja warna hitam seperti ketika menyampaikan sabdaraja pada 31 April 2015 dan dhawuhraja pada 5 Mei 2015. Melainkan mengenakan baju surjan dengan warna dasar putih bermotif bunga warna-warni dan blangkon warna hijau.

Sedangkan permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu Hemas mengenakan kebaya kuning dan anak sulungnya, GKR Mangkubumi berkebaya hijau muda.  “Yang bilang (bersabda) kan Bawono, bukan Buwono. Jadi kami tidak mengenal,” kata Yudhaningrat yang bersama semua adik laki-laki Sultan tidak menghadiri.

Semenjak Sultan mengeluarkan sabda raja dan dhawuh raja terdahulu, adik-adik Sultan menyatakan sikap menolak. Mereka menilai sabda raja dan dhawuh raja itu melanggar paugeran atau peraturan keraton.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Isi sabda raja saat itu antara lain perubahan nama Sultan Hamengku Buwono X menjadi Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh. Sedangkan isi dhawuh raja antara lain mengubah nama anak sulungnya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi GKR Mangkubumi.

Nama Mangkubumi sering diidentikkan sebagai gelar putra mahkota. Ada kekhawatiran adik-adik Sultan apabila Sultan yang bertahta nantinya dipegang seorang perempuan yang berarti melanggar paugeran. “Sabdaraja (31 Desember 2015) itu kan ingin meluluskan putrinya, Pembayun (menjadi raja selanjutnya),” kata Yudhaningrat.

Adik-adik Sultan berencana akan mensikapi sabdaraja terbaru itu. Namun mereka menunggu kejelasan isi sabdaraja secara tertulis.

Penghageng Puralaya (makam raja-raja Mataram) Imogiri - Kotagede Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Hastananingrat yang hadir di Sitihinggil membenarkan poin-poin sabdaraja tersebut.

Namun poin yang dibacakan Sultan yang diingatnya hanya dua, yaitu soal tahta kerajaan yang tidak diwariskan kepada bukan keturunannya dan hukuman berupa pencopotan jabatan kepada abdi dalem yang tidak mematuhi perintah Sultan.  “Kalau soal kepatuhan itu hal yang wajar ya. Kami sudah tahu,” kata Hastaningrat.

Sementara itu, menurut Penghageng Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta KRT Jatiningrat alias Romo Tirun yang tidak hadir karena tidak diundang, bahwa yang berwenang untuk mencopot kedudukan abdi dalem adalah Parentah Ageng yang dipegang oleh anak kedua Sultan, GKR Condrokirono.

Hanya saja harus melalui mekanisme yang berlaku, seperti adanya pemberian teguran terlebih dahulu. Sebelumnya, jabatan Parentah Ageng alias semacam Sekretaris Negara itu dipegang almarhum adik kandung Sultan, GBPH Joyokusumo.  “Harus diingat, abdi dalem itu bukan abdi perorangan. Tapi abdi budhaya. Artinya, abdi keraton sebagai kelembagaan,” kata Tirun menegaskan.

Sabdaraja yang disampaikan Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh berlangsung tertutup. Setelah itu, Sultan tidak muncul di ruang publik. Dia mendelegasikan pelantikan pejabat eselon III dan IV Pemerintah Provinsi DIY kepada Sekretaris Daerah. Media belum mendapat konfirmasi dari Sultan terkait sabdaraja dan penolakan adik-adiknya.

PITO AGUSTIN RUDIANA


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

2 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.


Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

3 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

7 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

10 hari lalu

Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X saat melaunching Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang kini berganti nama menjadi Kagungan Dalem Wahanarata Selasa (18/7). Dok.istimewa
Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

11 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

12 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

18 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

22 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

22 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

36 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.