TEMPO.CO, Jakarta - Gempa 5,3 skala Richter yang mengguncang Kota Ambon, Rabu, 29 Desember 2015, berdampak pada penyelesaian pembangunan Jembatan Merah Putih sepanjang 1.140 meter. Akibat lindu, terjadi pergeseran deck jembatan pada bentang tengah sepanjang 9 sentimeter.
“Kami akan berupaya agar proyek ini rampung akhir Januari 2016 dan pada pertengahan Februari bisa beroperasi,” ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, saat meninjau proyek pada Kamis, 31 Desember 2015.
Gempa itu menyebabkan penyambungan bentang tengah jembatan tertunda karena lantai (deck) jembatan pada pilon 1 dan pilon 2 ikut tergeser. Semula penyambungan segmen terakhir akan dilakukan pada malam pergantian tahun.
Bakal ada penundaan penyambungan segmen akhir sekitar 1-2 pekan ke depan. Meski pekerjaan mundur namun Basuki menjamin tidak akan berpengaruh pada pendanaan. Basuki meminta kepada kontraktor tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam menangani proyek.
Menurut Basuki, menggarap jembatan sama halnya dengan membangun bendungan besar. Artinya, faktor gempa sudah pasti diperhitungkan di dalamnya. Di samping itu, katanya, bangunan seperti jembatan dan juga bendungan selalu dilakukan pengecekan ulang oleh Komisi Keamanan Bendungan atau Komisi Keamanan Jembatan guna memastikan tingkat keamanannya.
Menurut Basuki, setiap mengerjakan proyek jembatan atau bendungan besar sudah pasti diprediksikan keamanannya dari kemungkinan bila terjadi gempa. Sehingga saat dioperasikan kelak dipastikan tingkat keamanan dan keandalannya terjaga. Bahkan infrastruktur ini pasca terjadi gempa dilakukan kajian ulang atau diteliti untuk memastikan keamanan bangunan tersebut.
"Kami lebih memilih safety ketimbang harus dipaksakan cepat selesai namun berisiko tinggi," tutur Basuki yangdidampingi Direktur Jenderal Bina Marga Hediyanto W. Husaini dan Direktur Jembatan Heddy Rahadian serta Kepala Balai Pelaksana Jalan Nadional (BPJN) lX Amran Mustari.
Gubernur Maluku Said Assagaff mengatakan keberadaan jembatan sangat mempengaruhi aktivitas perekonomian. Karena jembatan yang membentang di Teluk Dalam Pulau Ambon ini akan menghubungkan Desa Rumah Tiga/Poka, Kecamatan Sirimau pada sisi utara dan Desa Hative Kecil/Galala, Kecamatan Teluk Ambon pada sisi selatan. “Jembatan ini nantinya akan menjadi ikon Kota Ambon dan bangunan kebanggaan Masyarakat Maluku,” katanya.
Selain itu, pembangunan Jembatan Merah Putih bertujuan menunjang pengembangan fungsi kawasan di Teluk Ambon sesuai dengan Tata Ruang Kota Ambon, di mana Poka-Rumah Tiga sebagai kawasan pendidikan dan Durian Patah-Telaga Kodok sebagai kawasan Permukiman. Jembatan ini juga berfungsi menunjang sistem jaringan jalan yang telah ada khususnya pada Jazirah Leihitu.
Jembatan Merah Putih diharapkan dapat mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari kota Ambon menuju Bandar Udara Pattimura yang berkisar 35 kilometer dan sebaliknya yang selama ini ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon atau kapal feri menjadi hanya 20 menit. “Sehingga biaya operasi kendaraan dapat berkurang."
INGE KLARA SAFITRI