TEMPO.CO, Pekanbaru - Kepolisian Resor Kota Pekanbaru telah merampungkan penyidikan empat kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pemilik senjata tajam. Berkas perkara sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Pekanbaru untuk proses penuntutan.
"Berkas perkara sudah diterima Kejaksaan," kata Wakil Kepala Polresta Pekanbaru Ajun Komisaris Besar Sugeng Putut Wicaksono kepada Tempo, Rabu, 30 Desember 2015. Saat ini keempat tersangka sudah menjadi tahanan kejaksaan menjelang proses sidang dilakukan.
"Proses hukum kader HMI sudah menjadi wewenang kejaksaan," ujarnya.
Sebelumnya, Polresta Pekanbaru dan Polda Riau mengamankan delapan mahasiswa kader HMI yang menyimpan senjata tajam, yakni HA, JS, AK, DA, MA, Y, ML, dan AY. Jenis senjata yang diamankan adalah badik, parang, pisau, ketapel, dan anak panah beracun.
Para mahasiswa itu ditangkap saat polisi merazia tiga lokasi menginap massa Himpunan Mahasiswa Islam di Pekanbaru saat melaksanakan kongres ke-29 HMI beberapa waktu lalu. Dari hasil penggeledahan, polisi menemukan senjata api rakitan, pemantik api, dan berbagai jenis senjata tajam.
Operasi tersebut merupakan razia kemanusiaan untuk menjaga keamanan berjalannya kongres HMI di Pekanbaru. Para tersangka yang diamankan polisi itu disebut rombongan liar (Romli) yang tidak masuk dalam peserta inti. Sedangkan empat lainnya masih menjalani proses hukum di Polda Riau.
Kongres ke-29 HMI di Pekanbaru sejak awal menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Acara yang berlangsung pada 22-26 November itu mendapat kucuran APBD Riau sebesar Rp 3 miliar dan menuai pertentangan dari masyarakat.
Sejak rombongan kader dari berbagai daerah tiba, polisi maupun masyarakat dibuat repot oleh aksi anarki ribuan mahasiswa. Mulai tidak membayar makan di sebuah restoran di Indragiri Hulu, melakukan perusakan fasilitas umum, hingga perusakan mobil dinas polisi. Polisi pun harus memberi makan hampir 2.000 orang kader HMI yang telantar untuk mengurangi risiko kerusuhan.
Pemerintah Riau mengalami kerugian hingga Rp 200 juta selepas kongres HMI. Fasilitas umum rusak, bahkan inventaris gelanggang remaja yang digunakan untuk kongres banyak yang hilang. Kericuhan demi kericuhan kerap terjadi saat sidang, rusuh saling lempar batu terjadi sampai di jalanan. Satu panitia sempat terluka akibat tertusuk anak panah.
RIYAN NOFITRA