INFO NASIONAL - Sejak tahun 2012, Indonesia telah memasuki periode bonus demografi yaitu sebanyak 49,6 persen. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tidak produktif.
Namun Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan bahwa bonus demografi ini ibarat pedang bermata dua. Satu sisi bisa menjadi berkah jika berhasil mengambil manfaatnya. Tapi di sisi lain bisa terjadi bencana apabila kualitas manusia Indonesia, khususnya pemudanya tidak disiapkan dengan baik. Karenanya, yang menjadi cita-cita Pemerintahan Jokowi-JK dalam visi Nawacitanya yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
Baca Juga:
Cita-cita itu dapat diwujudkan dalam bidang olahraga. Saat ini olahraga harus dilihat sebagai sebuah kewajiban untuk meningkatkan kesehatan dan keberdayaan masyarakat. Jadi bukan lagi semata-mata untuk meningkatkan prestasi atau membawa nama Indonesia di mata internasional. Prestasi itu akan mengikuti jika masyarakat sudah bisa memiliki budaya olahraga yang baik. Apalagi menjalani hidup yang bahagia dan berkecukupan melalui olahraga itu adalah hak dari setiap masyarakat.
Dalam hal ini Indonesia bisa berkaca dari Jepang yang sudah memiliki budaya berolahraga yang baik. Hampir 60 persen masyarakat Jepang melakukan olahraga rutin satu minggu sekali. Hal ini berdampak pada kesehatan masyarakat Jepang, di mana sekarang ada lebih dari 50 ribu orang tua di Jepang yang usianya mencapai angka di atas 100 tahun. Ini menjadikan Jepang menjadi negara dengan tingkat umur tertinggi (the most lifelong).
Olahraga tidak hanya mengembangkan kemampuan fisik para pemuda yang nantinya akan membentuk masa depan bangsa dan dunia, tapi juga berkontribusi kepada perkembangan fisik dan mental seseorang dengan membentuk kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, disiplin, dan juga semangat bersikap adil (fair play). Olahraga juga merangsang kemampuan praktis seseorang untuk berpikir dan membuat keputusan. Dengan berolahraga, seseorang dipaksa untuk terus berkonsentrasi dan mencari solusi-solusi terbaik dalam memenangkan satu pertandingan atau menyelesaikan suatu tantangan.
Baca Juga:
Itulah sebabnya Kementerian Pemuda dan Olahraga berupaya mengubah cara pandang masyarakat Indonesia terhadap olahraga ini, dengan cara mendekatkan kembali masyarakat kepada olahraga. Program Satu Lapangan Satu Desa misalnya, dirancang bukan hanya untuk mencetak atlet-atlet sepak bola demi mengangkat nama Indonesia, tapi juga mengajak seluruh masyarakat untuk secara rutin meningkatkan kualitas kehidupan.
Begitu juga terhadap ajang Asian Games 2018 mendatang, harus bisa mewariskan semangat berolahraga kepada masyarakat, dan mengubah paradigma yang mengatakan bahwa hak untuk berolahraga hanya untuk para atlet di tingkat elit. Karena, dengan masyarakat yang turun ke lapangan nanti, Indonesia bisa menggaungkan nama di dunia internasional dan membangun kedigdayaan.
Ayo Olahraga!