TEMPO.CO, Jakarta - Usaha melawan korupsi membuat Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menjadi tokoh Asia versi buku Doing Good Great. Teten menjadi satu dari 13 orang tokoh Asia yang dianggap membuat perubahan di negaranya.
Kegigihan Teten dalam pemberantasan korupsi bahkan membuat pemerintah Afganistan memintanya ikut membantu menangani masalah tersebut di negaranya."Saya tidak merasa jadi pahlawan, saya sebagai warga begara hanya bergerak saja sebisanya," kata dia kepada Tempo, Senin, 28 Desember 2015.
Teten jengah dengan korupsi karena tak ingin membiarkan praktek ketidakadilan terjadi di sekitarnya. Bagi dia, korupsi adalah penyebab ketidakadilan yang paling dahsyat dan paling sulit mengatasinya. "(Korupsi) selalu mereproduksi diri dalam sistem pemerintahan apapun."
Dia menuturkan korupsi yang paling berbahaya adalah penguasaan sumber daya ekonomi negara oleh segelintir orang. Segilintir orang yang memiliki akses ke pembuatan kebijakan inilah yang perlu diwaspadai.
Menurut dia, hal ini dapat diatasi hanya dengan memperbaiki kualitas demokrasi. Di antaranya adalah penguatan hukum, pemerintahan yang terbuka, partisipasi publik, dan kesadaran politik warga.
Nama Teten sering diasosiasikan dengan kelompok anti korupsi di Indonesia. Setelah mendirikan Indonesia Corruption Wach pada 1998, Teten menjadi sekertaris Jenderal Transparency International. Dia juga pernah menjadi Kepala Divisi Perburuhan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan Anggota Ombudsman Nasional.
Buku Doing Good Great ditulis oleh Willie Cheng, Sharifah Mohamed, dan Cheryl Tang. Mereka adalah konsultan managemen global, pengajar universitas dan konsultan bisnis. Buku berbahasa Inggris ini terbit dengan edisi pertama tanggal 30 Oktober 2015 lalu.
Selain Teten, tokoh lain berasal dari negara Singapura, Cina, Taiwan, Malaysia, Filipina, Kamboja dan India. Mereka dipilih masuk dalam buku setebal 348 halaman itu karena dinilai berhasil memberikan perubahan dalam masyarakat.
ALI HIDAYAT