TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Muhammad Yusuf, mengungkapkan bahwa hasil kerja sama PPATK dengan Australian Transaction Report and Analysis Centre (AUSTRAC) berhasil menemukan aliran dana mencurigakan dari warga Australia kepada warga negara Indonesia. Dana tersebut dicurigai sebagai pendanaan jaringan terorisme.
"Warga Australia, inisial L, sempat mengalirkan dana ke Indonesia. Kemudian pihak yang menerima ini tewas dibunuh di Suriah," kata Yusuf di Jakarta, Senin, 28 Desember 2015.
Yusuf mengungkapkan bahwa jaringan terorisme itu menggunakan yayasan sebagai wadah yang berafiliasi untuk santunan dan pendidikan. "Mungkin pada saat itu untuk sumbangan amal. Ternyata mengalir ke yayasan Indonesia kepada orang yang tewas di Suriah."
Pemerintah Indonesia mengungkapkan ada ratusan WNI yang masuk secara ilegal ke Suriah. Kebanyakan diduga bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sebagian dari mereka disebut sudah kembali ke Indonesia.
Atas temuan tersebut, Yusuf mendorong pembuatan regulasi untuk mengaudit keuangan yayasan di Indonesia agar tidak mudah disusupi dana haram dari luar.
Untuk mencegah terorisme, PPATK memperat kerja samanya dengan AUSTRAC. "Dalam pencegahan terorisme, kami kerjasama dengan AUSTRAC, PPATK-nya Australia. Di sana belajar saling tukar ilmu pengetahuan," kata Yusuf.
Yusuf mengatakan kerja sama yang tertuang dalam kegiatan Counter-Terrorism Financing Summit ini direkomendasikan untuk dilaksanakan di Denpasar, Bali, pada tahun depan.
"Ada kesepakatan bersama bahwa pencegahan terorisme, Agustus 2016 diselenggarakan di Bali. Sekitar 200 peserta akan hadir," katanya.
FRISKI RIANA