TEMPO.CO, Makassaar - Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Marina 2B di Teluk Bone menyisakan duka mendalam bagi keluarga Hadenang (54) dan Hasnaini (51), kakak-adik yang menjadi korban kapal nahas itu. Kedua wanita paruh baya ini sempat karam bersama KM Marina di Teluk Bone, Sabtu, 19 Desember 2015. Namun nasib dua saudari itu berbeda. Hadenang lolos dari maut. Sebaliknya, Hasnaini tergulung bersama ombak dan akhirnya ditemukan tidak bernyawa.
Keponakan Hadenang dan Hasnaini, Agus Salim (41), mengatakan Hadenang ditemukan selamat di perairan Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, sehari pascakejadian. Adapun Hasnaini baru ditemukan di seberang lautan, tepatnya di perairan Luwu Timur, Sulawesi Selatan, sekitar tiga hari lalu.
"Keduanya beda nasib. Keluarga pasrah. Yang penting sudah ada kepastian," kata Agus, Sabtu, 26 Desember 2015.
Keluarga Hasnaini mendatangi Rumah Sakit Bhayangkara, Sabtu, 26 Desember, untuk memastikan jenazah yang diidentifikasi tim DVI adalah ibu dari enam anak itu. Sesaat mendengar penjelasan dari polisi ihwal pemeriksaan medis dan ciri fisik, keluarga Hasnaini sontak menangis histeris. Putrinya, Ayu (25), terus menunduk dan menangis tersedu-sedu. Sejumlah kerabatnya yang hadir berupaya menenangkannya.
Agus menceritakan kedua tantenya itu bertolak dari Makassar, Sulawesi Selatan, menuju Pomala, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Rabu, 9 Desember lalu. Setelah melalui perjalanan darat menggunakan bus ke Siwa, mereka menumpang KM Marina ke Kolaka. Keduanya menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di Pomala. Lebih dari sepekan berlalu, mereka memutuskan pulang pada Sabtu, 19 Desember.
Hadenang dan Hasnaini berniat menghadiri pesta pernikahan kerabatnya yang lain di Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Karena alasan itu pula, mereka berkukuh kembali menumpang KM Marina kendati sudah diperingatkan keluarga besar di Pomala.
"Tidak ada firasat khusus, tapi keluarga sempat memperingatkan lebih baik naik pesawat karena ombak sedang tinggi," ujar Agus.
Tatkala diperingatkan untuk naik pesawat, kakak beradik itu berdalih ingin mengefisienkan waktu dan biaya. Sebab, jika naik pesawat ke Makassar, Hadenang dan Hasnaini mesti merogoh kocek lebih banyak. Belum lagi perjalanan darat yang melelahkan dari Makassar ke Luwu. Ternyata itulah pertemuan terakhir keluarga besar di Pomala dengan Hasnaini. Adapun Hadenang telah dibawa kembali pulang ke Pomala.
Agus mengatakan pihak keluarga sudah ikhlas dengan kepergian Hasnaini. Jenazah sang tante dikebumikan di pemakaman keluarga Buntusiapa, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Minggu, 27 Desember. Hasnaini yang berdomisili di Makassar dimakamkan di Luwu lantaran keluarga besarnya berkumpul dan berasal dari sana. "Itu keputusan keluarga besar," ujar Agus.
Keponakan Hadenang dan Hasnaini lainnya, Caswan (42), menambahkan pihaknya mulanya berharap Hasnaini dapat ditemukan selamat seperti sang kakak Hadenang. Namun nasib berkata lain. Caswan mengaku keluarga sudah pasrah dan tetap bersyukur karena jenazah kerabatnya sudah ditemukan.
Selama sepekan ini, pihak keluarga kelimpungan mencari informasi tentang Hasnaini. "Kami mendatangi semua posko informasi dan posko identifikasi," tuturnya.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sulawesi Selatan dan Barat Komisaris Besar Raden Harjuno mengatakan jenazah Hasnaini diberi label B-019.
Jasadnya dikenali berkat pemeriksaan struktur gigi, pemeriksaan medis, dan pencocokan data properti ante-mortem. Terdapat tambalan pada gigi korban dan di tubuhnya masih melekat pakaian gamis dan legging hitam. "Dari data-data itu, tak terbantahkan jenazah B-019 adalah Hasnaini," kata Harjuno
Kapal Marina Baru 2B bertolak dari Pelabuhan Tobaku menuju Pelabuhan Siwa pada Sabtu, 19 Desember 2015 pukul 11.00 Wita. Dalam perjalanannya, kapal itu dihantam ombak tinggi sehingga karam. Hingga kini, tercatat 106 dari 118 penumpang dan awak KM Marina berhasil ditemukan. Perinciannya, 40 hidup, 66 meninggal, dan 12 masih belum ditemukan. Basarnas memutuskan memperpanjang operasi SAR KM Marina sampai tiga hari mendatang.
TRI YARI KURNIAWAN