TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan operasi penggerebekan teroris tak berakhir pada penangkapan Arif Hidayatullah alias Abu Muzab dan Alli di Bekasi pada 23 Desember lalu. "Masih ada yang lain. Ada beberapa hal yang perlu dilengkapi," kata Badrodin kepada Tempo, Jumat, 25 Desember 2015.
Menurut dia, Arif dan Alli merupakan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Arif diduga mengantongi nama-nama ikhwan dan akhwat yang kini dipenjara maupun yang berada di Suriah.
Meski demikian, Badrodin merahasiakan siapa saja yang bakal menjadi target operasi Densus 88 Antiteror. "Ya tidak usah tahu, tidak usah disampaikan. Masih dilakukan upaya pendalaman," ujarnya.
Dari hasil deteksi Polri, kata Badrodin, jaringan ISIS ini ada indikasi melakukan gangguan keamanan pada Desember ini. Menurut dia, targetnya adalah Markas Polri, pejabat Polri, dan kelompok masyarakat. Namun, Badrodin menegaskan Polri mengamankan sejumlah tempat sebagai bentuk antisipasi. "Kami waspada di tempat lain juga. Jangan-jangan itu cuma siasat mereka untuk mengalihkan perhatian kita," ujarnya.
Dia memastikan Polri tak akan lengah sedikit pun menghadapi ancaman teroris ini. "Kami jangan sampai lengah. Setiap saat target mereka bisa berubah," kata Badrodin.
Pada Rabu, 23 Desember 2015, tim Densus 88 bersama tim Kepolisian Daerah Metro Jaya menangkap Arif Hidayatullah alias Abu Muzab dan seorang warga negara asing berinisial AL alias Alli di Bekasi. Arif ditangkap pagi hari saat akan berangkat kerja di kediamannya di Harapan Baru, Bekasi. Sedangkan Alli yang berasal dari suku Uighur di daerah otonom Cina, Xinjiang, ditangkap sorenya.
Alli dicokok di kosnya, Perumahan Boulevard Hijau, Taman Harapan Indah, Bekasi, sekitar pukul 16.30 WIB, 23 Desember 2015. Aparat menemukan identitas palsu milik Alli. Dalam identitas itu, Alli menggunakan nama Fariz Kusuma, kelahiran Pontianak Februari 1980.
LINDA TRIANITA