TEMPO.CO, Malang - Senandung pujian sayup-sayup terdengar dari mimbar Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel, Malang. Para jemaat khusyuk berdoa dan bersenandung pujian kelahiran Sang Juru dalam misa Natal, Jumat, 25 Desember 2015. Peringatan Natal tepat dengan hari Jumat, waktu bagi umat Islam menunaikan salat Jumat.
Gedung GPIB Immanuel berhimpitan dengan Masjid Agung Jami' Malang. Antara gedung gereja dengan bangunan masjid hanya dipisahkan gedung kantor asuransi. Lokasi gereja dan masjid berada di tengah kota, tepat di barat Alun-alun Kota Malang.
Bertetangga, kedua tempat ibadah itu terjaga kerukunan dan merawat toleransi. Buktinya hari ini ibadah pada 08.00-10.30 WIB, sehingga tak mengganggu ibadah salat Jumat. "Misa Natal berlangsung khidmat sedangkan salat Jumat juga berjalan sesuai jadwal," kata Ketua GPIB Immanuel Erick Pattipeilonny.
Majelis Jemaat GPIB Immanuel berkirim surat kepada Takmir Masjid Agung Jami'. Surat berisi pemberitahuan jika pelaksanaan ibadah Natal dan tahun baru bertepatan dengan salat Jumat. Misa Natal dimajukan jadwalnya agar tak menganggu salat Jumat.
Surat ditandatangani Ketua Majelis Jemaat, pendeta Emmawati Y. Boule, dan Sekretaris Majelis Jemaat, pendeta Marthen Seipattiseum. Kedua pengurus rumah ibadah tersebut secara intensif berkomunikasi untuk urusan ibadah. Tujuannya untuk mewujudkan toleransi dan merawat keberagaman.
Baca Juga:
"Saat misa Natal jemaat membeludak. Bisa mencapai 700 orang," katanya. Jemaat misa Natal bertambah karena saat Natal umat kristiani di sejumlah kota pulang kampung ke Malang. Sedangkan rata-rata jemaat di gereja yang dibangun 1861 ini sekitar 200 orang.
Ketua Ta'mir Masjid Agung Jami' Zainuddin A. Muhit menjelaskan kerukunan umat harus terus dijaga dan dirawat. Bahkan harus diturunkan ke generasi berikutnya. "Selama bertetangga hubungannya baik, tak ada gesekan," ujarnya.
Masjid Jami' berdiri 1874, dan mengalami perluasan pada 1902. Masjid tiga lantai ini menampung 7.000 jemaah. Kadang jemaah meluber sampai ke kawasan alun-alun. Bahkan saat Salat Idul Fitri jemaah membeludak sampai menggunakan halaman Gereja Katolik Kayu Tangan yang berjarak 200 meter dari masjid.
EKO WIDIANTO