TEMPO.CO, Jakarta - Gingerbread merupakan kue khas Natal tertua di dunia. Menurut Rhonda Massingham Hart dalam bukunya, Making Gingerbread Houses, resep pertama gingerbread muncul dari Yunani ribuan tahun sebelum ada perayaan kelahiran Isa Almasih, yaitu tahun 2.400 sebelum Masehi.
Awalnya, istilah gingerbread merujuk pada sari jahe. Maknanya kemudian bergeser menjadi campuran makanan yang dibuat dengan madu dan rempah. Dan setelah dibuat di Eropa, gingerbread merujuk pada roti rempah atau kue merica.
Gingerbread baru berkembang di Cina, tempat jahe berasal, pada abad ke-10. Akhir abad pertengahan, resep kue ini berkembang di Eropa. Di sana, bentuk kue ini mengalami perubahan, baik tekstur maupun bentuk. Gingerbread di Jerman dan Paris bertekstur keras. Sedangkan di Inggris, kue ini dibuat lebih lembut.
Gingerbread awalnya dibuat dengan cetakan kayu yang memiliki ukiran. Kue akan dilapisi dengan emas yang bisa dimakan atau icing untuk menonjolkan ukiran pada kue. Kue berbentuk manusia, seperti yang sekarang dikenal, pertama kali dibuat untuk Ratu Elizabeth I. Pada masa tersebut, kue yang disajikan bisa berubah bentuk sesuai dengan musim, bentuk bunga pada musim semi dan bentuk burung di musim gugur.
Pada abad ke-16, Jerman melakukan terobosan dengan membuat bentuk rumah dari adonan kue berwarna cokelat tersebut. Rumahnya dibuat lengkap dengan cerobong asap dan salju di atas genting, menjadikannya identik dengan perayaan Natal.
Kue yang banyak digemari anak-anak karena bentuknya itu kini bisa ditemui di setiap perayaan Natal. Rasa pedas jahe dinilai bisa menghangatkan malam peringatan kelahiran Yesus tersebut.
PBS.ORG | VINDRY FLORENTIN