TEMPO.CO, Mojokerto - Memperingati hari lahir atau maulid Nabi Muhammad SAW, Pemerintah Kota Mojokerto bersama masyarakat mengumpulkan 5.000 tumpeng layah. Tumpeng berisi nasi dan sejumlah lauk-pauk itu disajikan dalam wadah layah, yakni piringan tembikar tanah liat berukuran besar.
Kegiatan tumpeng layah digelar di Lapangan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, tepat pada peringatan maulid Nabi Muhammad, Kamis, 24 Desember 2015, atau 12 Rabiulawal 1437 Hijriah. Sebelum sambutan para pejabat, 5.000 tumpeng layah dimakan bersama ribuan warga yang didominasi ibu-ibu.
Wali Kota Mojokerto KH Mas’ud Yunus mengatakan tumpeng layah itu merupakan tradisi warga Kota Mojokerto setiap Maulid Nabi Muhammad. “Kami sengaja menggunakan layah agar layah produksi perajin lokal setidaknya laris pada setiap maulid nabi,” katanya.
Selain itu, menurut pejabat yang juga ulama ini, penggunaan layah dari tembikar sangat ramah lingkungan. “Kalau kita pakai plastik nanti terurainya lama. Kalau pakai layah dari tanah liat, kan, mudah terurai,” ujarnya.
Selain mentradisikan tumpeng layah, para peserta pengajian juga diwajibkan memakai pakaian batik khas Majapahit, baik pejabat maupun masyarakat biasa. “Dengan begini, batik lokal akan laris,” tutur Mas’ud.
Peringatan maulid Nabi Muhammad di Kota Mojokerto ini juga dihadiri Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU). Dalam kesempatan ini, Khofifah mengingatkan kepada orang tua agar bertanggung jawab dan menjaga akhlak anak-anak serta meniru akhlak Nabi Muhammad.
“Jangan sampai seperti tahun-tahun lalu, pada tahun baru ada yang meninggal karena miras oplosan. Ada juga yang kebut-kebutan, jangan sampai,” ucapnya.
Khofifah juga mengingatkan pentingnya salat lima waktu. “Jangan hanya ibu-ibunya, bapak-bapak juga harus selalu mengingatkan anak-anaknya agar salat,” katanya. Sebab, ketekunan ibadah salat merupakan salah satu ciri kebaikan umat Islam yang akan membawa kebaikan berbangsa dan bernegara.
ISHOMUDDIN