TEMPO.CO, Denpasar - Setelah menandatangani kesepakatan damai, dua organisasi masyarakat yang sempat bertikai: Laskar Bali dan Baladika Bali, mendatangi Markas Kepolisian Resor Kota Denpasar untuk menyerahkan senjata tajam.
"Ini kelanjutan (kesepakatan damai) di Polda Bali. Kami hanya melaksanakan butir yang ada, yaitu penyerahan senjata yang masih dipegang masing-masing ormas," kata Kapolresta Denpasar Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana di Mapolresta Denpasar, Bali, Selasa, 22 Desember 2015.
Di hadapan perwakilan masing-masing ormas, Sudana menyesalkan terjadinya peristiwa berdarah tersebut. Ia menuturkan bentrokan tersebut sempat membuat warga Denpasar resah untuk menjalani aktivitas di luar rumah.
"Kejadian seperti itu banyak hal yang tidak bagus. Jumat, 18 Desember 2015 (sehari pasca bentrokan) jalanan sepi sekali, jadi dampak psikis luar biasa," tuturnya.
"Kalau seperti ini apalagi yang kita banggakan sebagai orang Bali? Saya mohon dengan hormat tidak ada lagi yang seperti ini. Jangan nanti orang Bali hanya bisa berucap tapi pelaksanaannya beda," tambahnya.
Menurut Sudana, bentrokan tersebut juga membuat kegiatan pariwisata di Bali jadi tersendat. Bahkan, kata dia, bentrokan itu berdampak bagi penghasilan para pekerja di sektor pariwisata.
"Kami dapat informasi dari luar, banyak (wisatawan) yang pending masuk ke Bali. Kalau sudah banyak yang pending masuk ke Bali, kita yang punya saudara kerja di hotel sudah minim," ujarnya.
Sudana menjelaskan, Laskar Bali dan Baladika Bali telah menyerahkan ratusan senjata tajam dari berbagai jenis. Berdasarkan pantauan di Polresta Denpasar, senjata tajam yang diserahkan bermacam-macam jenisnya, yakni parang, pedang, tombak, dan jenis senjata tajam berbahaya lain.
"Dari kedua pihak kami menerima sekitar 120 jumlahnya. Benda-benda ini semua akan kami musnahkan," kata Sudana.
BRAM SETIAWAN