TEMPO.CO, Yogyakarta - Aula bercat putih mirip di Keraton Yogyakarta berdiri di tengah perkampungan Dipowinatan, Yogyakarta. Pendapa ini menjadi bangunan utama di kompleks Ndalem Joyodipuran, tak jauh dari Keraton Kasultanan Yogyakarta. Gedung yang berada di kawasan seluas 6.500 meter persegi ini terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso Nomor 23, Yogyakarta.
Pohon sawo tumbuh rimbun mengitari gedung yang kini digunakan untuk kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya itu. Bangunan ini menjadi saksi sejarah berlangsungnya Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 22-25 Desember 1928.
Ini merupakan gerakan nasional kebangkitan perempuan untuk melawan penindasan akibat perbedaan jenis kelamin. Mereka berkumpul, menyatakan pikirannya, dan menyebarkan gagasannya ihwal berbagai persoalan yang dihadapi perempuan.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Christriyati Ariani mengatakan tidak ada acara khusus untuk memperingati Hari Ibu, yang diperingati setiap 22 Desember. "Kami berfokus menyusun program tata kelola budaya," ucap Christriyati ketika dihubungi, Selasa, 22 Desember 2015. Dia sedang berada di Jakarta.
Setiap 22 Desember, sejumlah organisasi perempuan memperingati Kongres Perempuan Indonesia. Semasa Presiden Sukarno, 22 Desember juga ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Christriyati menyatakan kantor ini sekarang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelum 1981, bangunan ini berada di bawah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Di depan gedung ini, ada patung Dr R. Kodijat, yang berjasa memberantas penyakit frambusia atau patek.
Ndalem Joyodipuran berdiri sejak 1867. Bangunan rumah Jawa klasik berbentuk limasan ini pada mulanya bernama Dalem Dipowimolo. Nama ini sesuai dengan pemiliknya, KRT Dipowimolo. Setelah KRT Dipowimolo meninggal, rumah ini diambil alih Sri Sultan Hamengku Buwono VII kemudian dihadiahkan kepada menantunya yang bernama KRT Jayadipura, yang dikenal sebagai seniman musik dan tari serta arsitektur. Dipowinatan kini menjadi kampung wisata.
Di pendapa itu terdapat informasi penanda Kongres Perempuan Pertama pada 22-25 Desember 1928. Penggagasnya di antaranya Wanito Oetomo, Wanita Taman Siswa, dan Puteri Indonesia. Kongres itu melibatkan 30 organisasi perempuan.
SHINTA MAHARANI