Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ben Anderson Rindu Gus Dur dan Menggilai TTS

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Profesor Benedict Anderson dari University of Cornell memberikan kuliah Umum di FIB UI, Jakarta, 10 Desember 2015. TEMPO/Frannoto
Profesor Benedict Anderson dari University of Cornell memberikan kuliah Umum di FIB UI, Jakarta, 10 Desember 2015. TEMPO/Frannoto
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejarawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Baskara T. Wardaya, mengingat kedekatannya dengan Ben Anderson, profesor dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, yang ikut mewarnai pemikiran dunia tentang Indonesia. Ben Anderson wafat di Batu, Jawa Timur, Minggu dinihari, 13 Desember 2015. Ben dikenal karena kritik-kritiknya terhadap Orde Baru.

Ben pernah dilarang masuk ke Indonesia oleh Soeharto dan baru datang lagi ke sini setelah rezim Soeharto jatuh. Ben, 79 tahun, datang ke Indonesia untuk mengisi kuliah umum bertema anarkisme dan nasionalisme di kampus Universitas Indonesia, Depok, Kamis, 10 Desember 2015.

Baskara menyatakan Ben adalah gurunya di luar kelas perkuliahan. Ben mengajar di Cornell. Sedangkan Baskara menempuh program doktor di Universitas Marquette, Milwaukee, Wisconsin, Amerika. Baskara punya banyak kerja intelektual bersama Ben, yakni menulis buku.

Baskara terkesan dengan Ben yang punya ketertarikan terhadap Indonesia. Tahun 2001, Baskara hampir menyelesaikan program doktornya di Universitas Marquette. Baskara berpamitan ke Ben melalui sambungan telepon. Kepada Baskara, Ben bertanya hendak ke mana setelah rampung menyelesaikan studi di Marquette. Baskara menjawab akan mengunjungi Manila, Filipina, selama enam bulan. Ben lalu menimpali bahwa dia akan mengunjungi Baskara di Filipina. "Pak Ben memenuhi janjinya," kata Baskara kepada Tempo, Selasa, 15 Desember 2015.

Dalam perjalanan ke Universitas Ateneo, Manila, Ben menghabiskan waktu dengan mengisi teka teki silang (TTS) yang ada pada surat kabar. Dia mengisi TTS di tempat pemberhentian bus. Mengisi TTS adalah kegemaran Ben di mana pun ia berada. Misalnya, ketika ada seminar di Universitas Cornell, Ben membawa TTS. Di tengah acara, ia menekuk koran yang menyediakan TTS itu. “Pak Ben ke mana-mana mengisi TTS supaya enggak pikun dan terus berpikir. Mengisi TTS adalah hobi Pak Ben,” ujar Baskara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Filipina, Ben dan Baskara ngobrol sana-sini selama hampir tiga jam. Ben bicara tentang gerakan intelektual dan secara kritis bicara mengenai Indonesia khususnya setelah atau di tengah Reformasi. Kepada Baskara, Ben menyatakan tidak suka dengan intelektual yang hanya sibuk mengurus dirinya sendiri. Ben lebih suka pada intelektual yang berpikir tentang kepentingan bersama.

Baskara berkisah ia kembali bertemu Ben tahun 2014 ketika diundang makan malam oleh Audrey R. Kahin dari Universitas Cornell. Audrey adalah istri dari ahli Asia Tenggara, George Mc Turnan Kahin. Goerge merupakan guru Ben. Baskara berada di Amerika waktu itu karena mendapatkan beasiswa untuk penelitian ke Amerika Serikat. Penyelenggara beasiswa adalah The American Institute for Indonesian Studies yang berpusat di Cornell. Audrey adalah satu di antara koordinator beasiswa The American Institute for Indonesian Studies.

Makan malam berlangsung hangat. Ada 15 orang yang hadir di sana. Ben bicara tentang kepemimpinan Gus Dur. Ben mengapresiasi Gus Dur sebagai tokoh pluralisme Indonesia. Ben juga bertanya tentang tempat kelahiran Gus Dur di Jombang, Jawa Timur. Ben haus akan informasi tentang masyarakat Jombang dan Tebuireng, pondok pesantren terbesar di Jombang. Baskara punya kesan kuat terhadap Ben. Menurut Baskara, Ben adalah pemikir yang senang dengan hal-hal yang sifatnya dari kalangan bawah, orang-orang yang terlupakan dan tersingkir.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tentang Soe Hok Gie, Aktivis Mahasiswa Di Sebuah Zaman

17 Desember 2021

Soe Hok Gie. (net)
Tentang Soe Hok Gie, Aktivis Mahasiswa Di Sebuah Zaman

Soe Hok Gie, aktivis yang bekuliah di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia pada kurun waktu 1962-1969. Mahasiswa ini wafat di Gunung Semeru.


Zakir Naik Ceramah di Bekasi Malam Ini, 42 Ribu Tiket Ludes

8 April 2017

Cendekiawan muslim, Zakir Naik, memberikan pemaparan saat kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), DI Yogyakarta, 3 April 2017. Selama mengunjungi Indonesia Zakir Naik melakukan dakwah di sejumlah daerah antara lain di Bandung, Yogyakarta, Ponorogo, dan Makasar. ANTARA FOTO
Zakir Naik Ceramah di Bekasi Malam Ini, 42 Ribu Tiket Ludes

Arif mengatakan, kapasitas sebenarnya 30-32 ribu, tapi ditambah lagi 10 ribu, sebagai hasil diskusi Zakir Naik dan Wali Kota Bekasi.


Zakir Naik di Bekasi, 28 Ribu dari 32 Ribu Kursi Stadion Telah Terisi  

4 April 2017

Aksi Ulama asal India, Zakir Naik saat memberi ceramah terbuka di hadapan ribuan masyarakat di kampus UPI, Bandung, Jawa Barat, 2 April 2017. TEMPO/Prima Mulia
Zakir Naik di Bekasi, 28 Ribu dari 32 Ribu Kursi Stadion Telah Terisi  

Arif mengatakan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menginginkan pendaftaran dibuka lebih walau kuota normalnya sekitar 31-32 ribu.


Zakir Naik, Hari Ini Panitia Bekasi Sebar Undangan Non-Muslim

4 April 2017

Aksi Ulama asal India, Zakir Naik saat memberi ceramah terbuka di hadapan ribuan masyarakat di kampus UPI, Bandung, Jawa Barat, 2 April 2017. TEMPO/Prima Mulia
Zakir Naik, Hari Ini Panitia Bekasi Sebar Undangan Non-Muslim

Arif tidak menyebut secara detail siapa saja yang diundang, karena nama-nama itu masih sensitif jika diumumkan.


Pendidikan Agama dan Akar Radikalisme

13 September 2016

Pendidikan Agama dan Akar Radikalisme

Sejak kematian pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah, pada 18 Juli lalu, banyak pihak menilai hal itu sebagai keberhasilan ikhtiar negara menumpas akar-akar terorisme. Namun mungkinkah peristiwa tertembaknya seseorang dapat menjelaskan bahwa gerakan radikalisme di Indonesia telah berakhir?


Kiai di Kediri Sebut Pengeras Suara Saat Azan Hukumnya Sunah

4 Agustus 2016

Seorang pengungsi melakukan adzan saat berada di kamp pengungsian di Irbil, Irak (28/6). Para pengungsi ini melarikan diri karena kekerasan antara sektarian mengancam kawasan Timur tengah. AP/Hussein Malla
Kiai di Kediri Sebut Pengeras Suara Saat Azan Hukumnya Sunah

Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Jawa Timur KH Reza Ahmad Zahid menegaskan, tak perlu kaku saat menggunakan pengeras suara ketika mengumandangkan azan.


Dosen UGM: Islam di Arab Saudi Itu Miskin Imajinasi

21 Juni 2016

Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia berunjuk menentang kenikan BBM di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/3). TEMPO/Prima Mulia
Dosen UGM: Islam di Arab Saudi Itu Miskin Imajinasi

Universitas Islam Indonesia menangkal masuknya ide-ide Hizbut Tahrir soal khilafah ke kampus.


Tempo Institute Akan Gelar Diskusi #MengenangBen Anderson  

18 Januari 2016

Poster Diskusi Ben Anderson di Tempo, 20 Januari 2016.
Tempo Institute Akan Gelar Diskusi #MengenangBen Anderson  

Ben Anderson banyak meneliti sejarah Indonesia dari peristiwa kecil yang mengiringi sejarah besar.


Ben Anderson Bicara Saminisme, Orde Baru, dan Saya San Burma  

22 Desember 2015

Profesor Benedict Anderson dari University of Cornell saat memberikan kuliah Umum di FIB UI, Jakarta, 10 Desember 2015. TEMPO/Frannoto
Ben Anderson Bicara Saminisme, Orde Baru, dan Saya San Burma  

Saminisme di Jawa mempunyai kemiripan dengan gerakan seperti Andres Bonaficio di Filipina dan Saya San di Burma.


Ben Anderson dan Aroma Rendang di Cornell Amerika Serikat  

22 Desember 2015

Profesor Benedict Anderson dari University of Cornell saat memberikan kuliah Umum di FIB UI, Jakarta, 10 Desember 2015. TEMPO/Frannoto
Ben Anderson dan Aroma Rendang di Cornell Amerika Serikat  

Ketika Soeharto sedang kuat-kuatnya, Ben menjadi bagian penting dalam diskusi tentang Indonesia, di antaranya diselenggarakan di Cornell University.