TEMPO.CO, Probolinggo - Bekas hotel berbintang di Desa Sukapura, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, diproyeksikan menjadi shelter atau tempat pengungsian bencana erupsi Gunung Bromo.
Bekas hotel berbintang itu adalah Hotel Grand Bromo. Hotel itu kini dibiarkan mangkrak dan tidak difungsikan lagi. Di depan hotel di pinggir jalan dipasang tulisan shelter.
Berdasarkan pantauan Tempo, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo telah menyiapkan sejumlah lokasi yang akan dijadikan tempat pengungsian ketika harus melakukan evakuasi warga di kawasan rawan bencana erupsi Gunung Bromo. Berdasarkan data, ada sejumlah titik kumpul dan shelter yang sudah disiapkan di Kecamatan Sukapura dan Sumber jika terjadi evakuasi warga saat erupsi Bromo terjadi.
Di Kecamatan Sukapura terdapat tiga titik kumpul, yakni Pendopi Ngadisari, Balai Desa Wonokerto, dan Vila PLN Wonokerto. Sedangkan untuk shelter yang sudah disiapkan antara lain di Grand Bromo Hotel, Lapangan Sukapura, serta Puskesmas Sukapura. Untuk Kecamatan Sumber, ada dua titik kumpul, yakni di Balai Desa Wonokerso dan Balai Desa Ledokombo. Sedangkan shelter disediakan di Kecamatan Sumber dan SDN Sumber.
Ada tiga kecamatan di Kabupaten Probolinggo yang rawan terdampak bencana letusan Bromo, yakni Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber, dan Kecamatan Lumbang. Di Kecamatan Sukapura ada sekitar 17.325 jiwa yang rawan terdampak, di Kecamatan Sumber ada 9.542 jiwa, dan di Kecamatan Lumbang ada 7.543 jiwa.
"Jalur evakuasi serta rambu-rambu sudah dipasang sejak beberapa waktu lalu," kata Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo, Dwijoko.
Selain itu, tempat pengungsian sudah disediakan jika terjadi evakuasi. Di Kecamatan Sukapura, sejumlah peta jalur evakuasi berukuran besar dipasang di sejumlah desa lengkap dengan keterangannya.
Seperti diberitakan, status aktivitas Gunung Bromo saat ini masih tetap di level siaga. Radius aman untuk pengunjung Bromo 2,5 kilometer dari pusat kawah Bromo. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menutup akses ke kaldera Bromo serta kawah Bromo.
DAVID PRIYASIDHARTA