TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti mengatakan sembilan teroris yang ditangkap di lima tempat yang berbeda merupakan kelompok Abdul Karim alias Abu Jundi. Badrodin membenarkan Jundi menjadi simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Kalau mendukung sih iya, tapi belum tentu menjadi anggota ISIS," kata dia saat dihubungi, Ahad, 20 Desember 2015.
Jundi ditangkap di jalanan Kota Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu, 19 Desember 2015. Badrodin menerangkan Jundi berniat melakukan aksi bom bunuh diri dan penyerangan pada malam Natal atau tahun baru.
Soal aliran dananya, Badrodin menerangkan, Jundi mendapatkan dana dari luar negeri selain Iraq dan Suriah. Ia pun enggan menyebutkan negara mana pastinya. "Kami masih menyelidiknya," ujarnya. "Ya, bila memungkinkan akan menggandeng PPATK (Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan), tergantung perkembangan."
Pengamat terorisme Al Chaedar sependapat dengan Badrodin yang menyatakan Abu Jundi merupakan partisipan ISIS. Jundi sebagai mantan kelompok Jamaah Islamiyah itu dikenal sebagai pemasok sumber daya manusia ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
"Biasanya yang mau berangkat ke Suriah dikenai biaya Rp 15-30 juta per orang," kata dia saat dihubungi, Ahad, 20 Desember 2015.
Abu Jundi, kata Chaedar, juga berperan untuk mencarikan dana bagi simpatisan ISIS yang mau berangkat ke Suriah, tapi tak mempunyai dana. Biasanya, dana tersebut diperoleh dari para pengusaha atau orang kaya yang mendukung kegiatan ISIS.
"Orang kaya ini biasanya merasa spiritualitasnya kosong, sehingga mudah dipengaruhi. Bagi dia, menyokong dana sama dengan berjihad dan nanti mati sahid," ujarnya.
Chaedar heran Jundi ditangkap lantaran dianggap akan melakukan bom bunuh diri pada malam Natal dan tahun baru. Ia tak menampik bahwa kelompok Jundi memang dikenal sebagai ahli Informatika dan Teknologi serta merakit bom. Namun, berdasarkan rekam jejaknya, Jundi tak suka melakukan penyerangan. "Dia suka main aman, tidak suka nyerang-nyerang. Dia cuma mencari simpatisan yang mau dikirim ke Suriah," tutur Chaedar.
Selain Jundi, Polri juga menangkap Asep Urip dan Zaenal di Tasikmalaya, Jumat, 18 Desember 2015. Keduanya diduga akan menjadi 'calon pengantin' atau pelaku aksi bom bunuh diri. Menurut Chaedar, keduanya tak pandai dalam merakit bom. "Ini sudah terkonfirmasi. Tapi, saya tidak tahu barangkali ada perkembangan. Mungkin mereka bisa karena dilatih," kata dia.
Chaedar menyebut kelompok yang biasanya suka menyerang yakni Abu Barzah yang juga terafiliasi dengan ISIS dan Santoso Cs. Namun, serangan tersebut dinilai hanya sebagai gertakan saja, bukan penyerangan serius.
Selain Jundi, Zaenal, dan Asep, Polri juga menangkap Iwan alias Koki di Majenang, Jawa Tengah; serta Indraji Idham Wijaya, 28 tahun, dan Choirul Anam alias Amin di Mojokerto, Jawa Timur.
Oleh sebab itu, Polri kemungkinan akan menambah personel untuk pengamanan Natal dan tahun baru. Terutama di wilayah Jawa dan Sulawesi yang dianggap rawan serangan. Sebanyak 150 ribu personel akan ditugaskan pengamanan dua momen tersebut di seluruh wilayah Indonesia.
DEWI SUCI R | GHOIDA RAHMAH