TEMPO.CO, Sleman - Rumah besar berlantai dua di Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, itu dipenuhi pelayat. Banyak anggota TNI Angkatan Udara yang masih berseragam biru datang. Rumah itu merupakan rumah mertua Kapten Penerbang Dwi Cahyadi, back seater pesawat T50i Golden Eagle, yang mengalami peristiwa nahas saat bermanuver di Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta, dalam Gebyar Dirgantara 2015, Ahad, 20 Desember 2015.
Sebelum terbang, Dwi bersama pilot Letnan Kolonel Penerbang Marda Sarjono sempat diajak berfoto bersama pengunjung Gebyar Dirgantara. Ada seorang pengunjung yang masih ingin berfoto, tapi sang pilot sudah ingin bersiap terbang.
"Mereka berdoa khusyuk sebelum terbang dan cek kondisi pesawat," kata Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta Mayor (Sus) Hamdi Londong Allo.
Dua penerbang itu mengalami kejadian nahas saat bermanuver di atas arena Gebyar Dirgantara. Sekitar 20 menit setelah lepas landas dan berakrobat di udara, pesawat latih tempur itu tiba-tiba jatuh.
Mereka tidak sempat menarik dan menggunakan kursi pelontar. Pesawat buatan Korea itu jatuh di halaman Akademi Angkatan Udara Yogyakarta atau jauh dari permukiman penduduk.
Jenazah Marda dibawa ke Pangkalan Udara Iswahyudi Madiun. Sedangkan jenazah Dwi disemayamkan di rumah mertuanya, yaitu Basuki. Dwi merupakan alumnus Akademi Angkatan Udara tahun 2005.
Dwi meninggalkan seorang istri bernama Dwi Wanito Ambarsari dan dua anak yang masih balita. Dwi Cahyadi merupakan penerbang yang kinerjanya sangat disiplin dan berprestasi. Ia terakhir bertugas di Iswahyudi Madiun.
Bahkan, sehari sebelumnya, ia baru bereuni dengan teman-teman seangkatan di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta. Reuni itu dilaksanakan setelah 10 tahun berpisah dari teman-temannya karena tugas di daerah berbeda.
"Baru ketemu setelah 10 tahun pisah, kemarin reuni bareng seangkatan," kata salah seorang teman seangkatan Dwi yang tidak mau namanya dituliskan.
Dari informasi yang didapat, rencananya jenazah akan dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta. Pemakaman akan dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015, sekitar pukul 10.00 WIB.
Gebyar Dirgantara Yogyakarta 2015, pada hari pertama, Sabtu, 19 Desember 2015, berjalan sangat meriah. Berbagai manuver dari pesawat tempur, pesawat latih, dan helikopter serta pesawat ringan menarik perhatian. Seratusan ribu pengunjung memadati lokasi di Landasan Jupiter di area Adisutjipto.
Namun, pada hari kedua, kemeriahan itu berubah drastis. Setelah terjadi kecelakaan, semua kegiatan di atas dihentikan. Bahkan jadwal buat pesawat tempur Sukhoi, yang sudah siap terbang untuk bermanuver, dibatalkan. Kegiatan kedirgantaraan di udara dihentikan. Namun kegiatan di arena Gebyar tetap diselesaikan, seperti lomba-lomba dan pemberian hadiah.
MUH SYAIFULLAH
Kedatangan Jenazah Copilot Pesawat T50I... oleh tempovideochannel