TEMPO.CO, Makassar - Badan Narkotika Nasional Sulawesi Selatan terus memburu pemasok sabu untuk Patta alias Pace, 47 tahun, pengedar sabu di Luwu Timur.
Lembaga antinarkotik itu mencurigai dua perempuan selaku pengirim barang yang terekam kamera pengintai di kantor perwakilan perusahaan otobus di Makassar. Keduanya menyelipkan sabu seberat 89,15 gram dalam paket sepatu perempuan yang ditujukan ke Soroako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Kepala BNN Sulawesi Selatan Brigadir Jenderal Agus Budiman Manalu mengatakan lembaganya masih mencari tahu keberadaan dua perempuan pengirim paket sepatu berisi sabu tersebut.
"Kami selidiki dua perempuan itu. Mereka terekam kamera CCTV. Tapi identitasnya sedang dicari karena paketnya tidak mencantumkan nama pengirim, cuma penerima. Jumlah sabu yang dikirim pun terbilang banyak," ucap Agus, Sabtu, 19 Desember 2015.
Pengungkapan kasus tersebut bermula pada informasi masyarakat tentang pengiriman paket mencurigakan yang memanfaatkan jasa perusahaan otobus dari Makassar ke Soroako, Senin, 14 Desember 2015. Kabar itu ditelusuri BNN dengan mengecek sampai ke Terminal Luwu Timur. Barulah pada Rabu, 16 Desember 2015, BNN berhasil menciduk Patta setelah memastikan paket tersebut berisi sepatu perempuan dan sabu.
Setelah menangkap Patta, aparat BNN langsung membawa warga Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, itu ke Makassar untuk mencari pemasok sabunya. Namun Patta mengaku tidak mengetahui keberadaan bandarnya.
Hingga kini, ujar Agus, BNN masih terus mencari tahu keberadaan dua perempuan itu dengan mengoptimalkan segala metode, termasuk teknologi informasi. BNN sedang mengurai data telepon seluler milik Patta.
Di hadapan penyidik BNN, Patta mengakui perbuatannya mengedarkan sabu di Luwu. Itu dilakukan lantaran tergiur keuntungan besar dari bisnis haram tersebut. Biasanya, pria yang bekerja sebagai agen tiket bus di terminal itu menjual sabu paket ekonomis. Sasarannya semua kalangan.
"Saya bisa dapat Rp 300 ribu untuk sabu seberat 0,3 gram. Saya sudah empat kali terima barang via bus," tuturnya.
TRI YARI KURNIAWAN