TEMPO.CO, Probolinggo - Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Bromo, Achmad Subhan, mengatakan ada perbedaan gejala yang menandai erupsi Gunung Bromo saat ini dibandingkan dengan erupsi sebelum-sebelumnya. "Ada keunikannya masing-masing," kata Subhan kepada Tempo, Jumat, 18 Desember 2015.
Sebelum erupsi saat ini, menurut Subhan, Gunung Bromo juga pernah erupsi dua kali dalam 10 tahun terakhir ini. Erupsi yang terjadi pada 2004 dan erupsi pada 2015. Pada erupsi 2004, erupsinya singkat, yakni cuma 20 menit. "Dan tanda-tandanya juga kurang teratur, seperti tremor atau gempa vulkaniknya," kata Subhan.
Sedangkan erupsi pada 2010, menurut Subhan, cukup teratur gejalanya. "Ini yang bagus ketika kami ikuti datanya," ujara dia.
Pada erupsi 2010, secara visual sudah berubah. "Gempa vulkanik muncul banyak, setelah itu tremor. Tremor naik, abu yang keluar banyak," kata dia. Hingga kemudian sampai keluar letusan strombolian, yakni lava pijar yang tersembur seperti kembang api.
Sedangkan pada erupsi yang terjadi saat ini, lebih dominan tremor menerus. Sementara gempa vulkanik tidak terlalu signifikan. Hal ini, menurut Subhan, akan berpengaruh pada suplai magma yang keluar.
Pada erupsi saat ini, tremornya yang mendominasi. Erupsi pada 2004 yang hanya 20 menit jauh berbeda dengan 2010 yang erupsinya sampai 9 bulan. "Dan yang sekarang ini, erupsinya sudah berjalan dua bulan ini," kata Subhan.
Erupsi 2015 ini, Subhan menambahkan, fase erupsinya masih belum selesai. Pada erupsi 2010, awal-awal peningkatan tidak ada gemuruh meskipun vulkaniknya banyak. Namun kalau saat ini, dari awal peningkatan saja sudah ada gemuruhnya.
"Kalau sekarang terdengar, sejak dari tanggal 30 November sampai 8 Desember. Ada juga gemuruh-gemuruh lemah yang terdengar dari kawah hingga bibir kaldera," katanya.
DAVID PRIYASIDHARTA