TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta mahasiswa Makassar, Sulawesi Selatan, meninggalkan budaya kekerasan dan tradisi tawuran. Selama ini, mahasiswa dari kota itu memang dikenal kerap terlibat dalam aksi bentrok dengan aparat keamanan maupun dengan sesama mahasiswa.
Untuk membujuk mahasiswa Makassar, Kalla menunjuk proses sidang mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) sebagai contoh.
"Di MKD lihat saja siapa yang keras? Di satu kubu ada Akbar Faisal (Fraksi NasDem) dan Sarifuddin Sudding (Hanura), di kubu lain, ada Supratman (Gerindra)," kata Kalla, di depan mahasiswa Ikatan Mahasiswa Indonesia Sulawesi Selatan, di Istana Wakil Presiden, Kamis, 17 Desember 2015.
Meski sidang dugaan pelanggaran kode etik Setya berlangsung panas, kata Kalla, di akhir persidangan, kedua kubu berangkulan dan berfoto bersama.
Teladan macam itulah yang dinilai Kalla perlu ditiru mahasiswa. "Kalau hanya adu argumentasi boleh, tapi jangan kasar," kata Kalla. "Itu perlu dipahami kultur itu, kita berpendirian tegas tapi jangan kasar. Supaya kalau selesai, bisa kita pelukan. Kalau kasar, selesai tak bisa pelukan," kata Kalla.
Kalla berulang kali meminta mahasiswa asal Sulawesi, khususnya Makassar, meninggalkan budaya kekerasan. "Sekarang saatnya diskusi secara ilmiah, bukan konsolidasi untuk demo," kata Kalla.
Selain itu, Kalla juga meminta para mahasiswa itu memiliki rasa tanggung jawab. "Ketua DPR saja harus bertanggung jawab, apalagi Anda yang ada di sini."
Acara itu juga dihadiri Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham. Mendengar sindiran dari Kalla, Idrus hanya tersenyum.
REZA ADITYA