TEMPO.CO, Pamekasan - Dua warga Desa Sumedangan, Kecamatan Pademawuyang, Pamekasan, Jawa Timur, berselisih hanya gara-gara pemilihan kepala desa (pilkades). Keduanya tak cukup dengan cekcok mulut, tapi juga sampai harus membongkar dan memindahkan makam.
Perselisihan itu melibatkan Sutriyah dan Sanji yang saling bertetangga. Keduanya berbeda dukungan saat pilkades serentak digelar beberapa waktu lalu.
Komandan Distrik Militer 0826 Kabupaten Pamekasan, Letnan Kolonel Armed Mawardi, menuturkan cekcok antara Sutriyah dan Satriyah hanya cekcok mulut. "Namun karena berlangsung tiap hari, cekcok itu kemudian berujung pada Sanji melarang Satriyah melintas di halaman rumahnya," kata dia, Rabu 16 Desember 2015.
Menurut Mawardi, tak terima dengan larangan itu, Satriyah berbuat lebih ekstrem. Dia memintan Sanji memindahkan tiga kuburan keluarganya yang sudah sejak lama dikubur di tanah milik Satriyah.
Tak gentar, Sanji meladeni permintaan kerabatnya itu. Rabu siang, dibantu empat anggota Koramil Pademawu, Sanji memindahkan tiga makam keluarganya masing-masing Almarhum Asmarah, Siri dan Nur. "Sanji berharap dengan dipindah masalah selesai," kata Mawardi, Rabu, 16 Desember 2015.
Dia menambahkan setelah pemindahan makam selesai, pihaknya akan melakukan pendekatan persuasif kepada kedua belah pihak. Sampai situasi dua keluarga itu kondusif. "Agar tidak terjadi permasalahan yg berkelanjutan," kata dia.
MUSTHOFA BISRI