TEMPO.CO, Jakarta - Tak tampak kerabat atau kolega ketika peti jenazah Indonesianis Ben Anderson dibuka di Ruang 8 Rumah Persemayaman Adi Jasa Surabaya, Selasa, 15 Desember 2015 pukul 09.30 WIB. Pelayat yang tampak datang pertama justru Ahmad Aris, 26, yang mengantar ibunya, Tutik Ida Sriwati, 61, warga Indrapura, Surabaya.
Keduanya mengaku tidak ada hubungan darah ataupun kekerabatan dengan Ben Anderson. Mereka juga bukan bekas mahasiswa bimbingan sang profesor dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, itu.
Tutik menjelaskan kalau dirinya adalah pengagum Ben dan mengaku mengoleksi buku-buku karya tulis Ben sejak lama. "Saya kaget ketika lihat berita bahwa beliau meninggal," kata Tutik, Selasa, 15 Desember 2015.
Dia lalu buru-buru minta diantar ke Rumah Adi Jasa dengan harapan bisa ikut melepas jasad Ben yang rencananya akan dikremasi hari ini. "Saya tidak tahu ternyata upacaranya Sabtu," ujar Tutik.
Meskipun belum pernah bertemu sebelumnya, Tutik dan Ahmad mengaku sangat menghargai penelitian yang dilakukan Ben. Menurut keduanya, penelitian tersebut akan berpengaruh untuk Indonesia.
"Kami ingin mengucapkan terima kasih ada orang luar Indonesia yang mengapresiasi orang Indonesia," kata Tutik.
Benedict Richard O'Gorman Anderson, 79 tahun, meninggal dalam tidurnya di sebuah hotel di Kota Batu, Jawa Timur, pada Miniggu, 13 Desember 2015. Saat itu dia sedang dalam perjalanan seusai memenuhi undangan memberi kuliah umum di kampus Universitas Indonesia beberapa hari sebelumnya.
Ben lahir di Cina dan sempat dicekal di masa pemerintahan Orde Baru akibat buku yang ditulisnya bersama Ruth McVey yang kemudian dikenal sebagai The Cornell Paper pada 1966 lalu. Seumur hidupnya, Ben Anderson telah menulis lebih dari 400 publikasi yang telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa.
Bukunya juga banyak membahas mengenai perkembangan politik di Indonesia. Sebut saja Some Aspects of Indonesian Politics under the Japanese Occupation: 1944-1945; Mythology and the Tolerance of the Javanese; dan Violence and the State in Suharto's Indonesia.
SITI JIHAN SYAHFAUZIAH