TEMPO.CO, Lumajang - Pohon berusia lebih dari seratus tahun tumbang di Blok Alas Ireng-ireng yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Selasa, 15 Desember 2015. Tumbangnya pohon dengan diameter 2 meter itu menyebabkan akses jalan menuju kawasan Bromo lewat Lumajang terputus total.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, pohon Suren ini tumbang pada Senin sore, 14 Desember 2015. "Tumbang sekitar pukul 16.00 WIB, kemarin," kata Sujoko, 35 tahun, warga Dusun Besaran, Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Sujoko mengatakan, dia harus menginap di Senduro Senin malam kemarin karena tidak bisa pulang ke Ranupane.
"Jalannya tertutup pohon tumbang," katanya. Sepeda motor pun tidak bisa lewat. Banyak mobil yang harus kembali ke Lumajang. Begitu pula dengan kendaraan yang berasal dari Ranupane.
"Yang dari Ranupane juga terpaksa harus kembali," kata Sujoko. Bahkan ada pemilik mobil yang terpaksa meninggalkan mobilnya di tengah hutan Ireng-ireng ini. "Pemiliknya tidur di Senduro," kata Sujoko.
Kepala Kepolisian Sektor Senduro Ajun Komisaris Bunamin mengatakan, pohon itu tumbang pada Senin sore, 14 Desember 2015. Bunamin menyebutkan, penyebab pohon tumbang itu karena usia pohon yang sudah tua di samping posisi pohon yang berada di kemiringan. "Sore kemarin juga terjadi hujan disertai angin kencang," kata Bunamin saat ditemui di lokasi pohon tumbang, Selasa, 15 Desember 2015.
Hingga berita ini ditulis, sejumlah aparat TNI, Polisi, Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lumajang, relawan, serta masyarakat Desa Ranupane masih tampak berusaha membersihkan jalur utama Lumajang menuju Ranupane ini. Upaya pembersihan jalur itu dilakukan dengan cara menggergaji pohon tersebut. Hutan blok Ireng-ireng ini berada kurang-lebih 15 kilometer dari desa terdekat, yakni Desa Burno, Kecamatan Senduro.
Jalan yang terhalang pohon tumbang ini merupakan satu-satunya akses yang menghubungkan Lumajang dengan Ranupane serta kaldera Bromo. Terhitung sejak Senin sore kemarin hingga Selasa siang ini, akses jalan terputus.
DAVID PRIYASIDHARTA