TEMPO.CO, Jakarta - Kehadiran tiga anggota Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat dalam konferensi pers Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan pada Jumat, 11 Desember 2015, dianggap tidak etis. Menurut pengamat politik dari Centre for Strategic of International Studies (CSIS), J. Kristiadi, sebagai pemeriksa etik anggota Dewan Perwakilan Rakyat, tiga orang itu seharusnya membatasi diri dari kasus yang sedang ditangani.
Kristiadi menduga pertemuan itu akan menimbulkan kontroversi dalam persidangan kasus pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla oleh Ketua DPR Setya Novanto. "Persidangan hari ini akan terkontaminasi," katanya ketika dihubungi, 14 Desember 2015. "Tiga hakim etik itu punya kepentingan dengan Luhut."
BACA: PAPA MINTA SAHAM: Kejaksaan Bakal Cecar Staf Setya Novanto
Pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti, heran atas kedatangan ketiganya dalam jumpa pers itu. “Padahal ada aturan yang menyebutkan hakim tidak diperkenankan bertemu dengan pihak yang terlibat dalam persidangan. Seharusnya itu dipatuhi," ucapnya dalam kesempatan terpisah.
Adapun anggota DPR dari Fraksi Demokrat, Ruhut Sitompul, terang-terangan menuding kehadiran mereka memiliki agenda terselubung. “Itu pasti ada udang di balik batu. Orang yang paling dekat dengan Pak Presiden kan Pak Luhut. Dikiranya Pak Luhut akan membela Novanto dan Riza Chalid di mata Presiden. Tapi percayalah, itu tidak akan dilakukan,” ujarnya.
BACA: Kesabaran Publik Ada Batasnya, Projo: Novanto Segera Mundur
Ruhut menengarai ada kemungkinan tiga anggota MKD tersebut akan mempengaruhi Luhut untuk membela Novanto dalam persidangan. Tapi Ruhut meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi. “Sidang MKD nanti Pak Luhut maunya terbuka. Dia ingin meluruskan apa yang sebenarnya terjadi. Pertemuan itu kan usahanya Novanto, Riza, jual nama Luhut ke Maroef,” tutur Ruhut.
Sebelum melakukan konferensi pers pada Jumat lalu, Luhut mengundang semua anggota MKD. Tapi hanya Kahar Muzakir, Adies Kadir, dan Ridwan Bae dari Fraksi Partai Golongan Karya yang hadir. Novanto juga berasal dari partai berlambang beringin tersebut. Kepada Tempo, Ridwan Bae mengaku hadir dalam jumpa pers Luhut karena pertemuannya dilakukan secara terbuka. "Saat itu kami tidak tahu Luhut akan diperiksa MKD," katanya.
BACA: Ical Dukung Setya Laporkan Menteri Sudirman ke Bareskrim
Nama Luhut sering disebut dalam bukti rekaman percakapan yang dilaporkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said ke MKD. Dalam percakapan antara Novanto, pengusaha Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin itu, nama Luhut disebut 66 kali. “Jadi kita harus pakai akal. Kuncinya kan ada di Pak Luhut, ada saya. Nanti lempar-lemparan. Ada dia strateginya,” begitu salah satu ucapan yang diduga Novanto.
Namun Luhut dalam jumpa pers itu justru tidak menumpahkan kekesalannya kepada Novanto dan Riza yang telah membawa-bawa namanya. Ia menyebut Riza dan Novanto adalah kawan lamanya. Luhut malah terlihat marah kepada pihak-pihak yang membongkar dugaan pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden oleh Novanto.
HUSSEIN ABRI YUSUF | DESTRIANITA K. | ABDUL AZIS | SITA
BACA JUGA
PAPA MINTA SAHAM, Serangan Balik Setya ke Sudirman Mental
Perwira Polisi Koboi Sengaja Menembak Adiknya di Kepala dan Dada