TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah organisasi yang bergabung di bawah Komite Penyelamat Nawacita berencana menggelar unjuk rasa menuntut penetapan status tersangka terhadap Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto dan pengusaha minyak M. Riza Chalid.
Aksi massa itu akan diarahkan ke gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Kejaksaan Agung, serta Markas Besar Kepolisian RI pada Selasa, 15 Desember 2015. Menurut Komite Penyelamat Nawacita, dua orang tersebut telah mencatut nama Presiden Joko Widodo untuk meminta saham PT Freeport Indonesia sekaligus bermufakat melakukan korupsi.
“Komite Penyelamat Nawacita terdiri atas berbagai organisasi pendukung Jokowi yang terus loyal demi terwujudnya Nawacita,” kata Panel Barus, koordinator aksi, dalam pernyataan pers pada hari ini, 13 Desember 2015.
Sejumlah organisasi pendukung Jokowi tadi adalah Pusat Informasi Relawan, Seknas Jokowi, Almisbat, Duta Jokowi, RPJB, JNIB, Komunitas Alumni Perguruan Tinggi, Perempuan Indonesia Antikorupsi, Kornas Jokowi, Joman, GRI, Alumni Trisakti, Kopijokja/E-Blues, FIS, BaraJP, Arus Bawah Jokowi, Garda Energi, BRJP4P, SBSI, Yayasan Teguh Karya, Jasmev, Jokowi Center, serta Senat Mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta. “Juga akan bergabung individu-individu,” ujar Wignyo Prasetyo, aktivis Komite Penyelamat Nawacita.
Menurut Panel, kasus pencatutan nama Jokow dan Wakil Presiden Jusuf Kalla terus bergulir. Mahkamah Kehormatan Dewan malah menutupi kasus pelanggaran etika yang diduga dilakukan Setya Novanto. Ammarsjah, salah satu penggagas aksi, menuturkan unjuk rasa itu bentuk tekanan sekaligus dukungan rakyat kepada lembaga-lembaga penegak hukum agar mereka segera menuntaskan kasus Setya Novanto dan Riza. “Tangkap Setya Novanto dan Riza Chalid!” ujar Ammarsjah.
Pitono Adhi menambahkan, Komite Penyelamat Nawacita akan menyerahkan petisi Gempur Para Mafia dan Bersihkan Nawacita Gadungan kepada lembaga-lembaga penegak hukum. Petisi itu ditandatangani ratusan orang yang prihatin atas kasus para mafia. Nanti, peserta aksi akan berkumpul di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, sebelum bergerak ke titik-titik sasaran aksi.
JOBPIE SUGIHARTO