TEMPO.CO, Surabaya - Jasad ahli Indonesia asal Amerika Serikat, Benedict Anderson, yang menutup mata pada usia 79 tahun, disemayamkan di Rumah Persemayaman Adi Jasa, Surabaya. Belum banyak pelayat yang tampak hadir di rumah tersebut.
"Tadi tiba pukul 11.00, saat ini jasad masih dalam cold storage," kata seorang petugas di rumah persemayaman itu, Hari M., saat ditemui di lokasi, Ahad, 13 Desember 2015.
Dia mengungkap adanya rencana pemakaman pada Selasa, 15 Desember 2015. Tapi dia tidak punya informasi di mana lokasi pemakaman. "Sekitar pukul 09.00," katanya. Adapun pihak jasa penyedia peti mati juga mengatakan lokasi pemakaman masih dirundingkan.
Tampak ada dua orang beserta seorang sopir menunggu proses pemulasaran di depan cold storage. Saat Tempo menemui salah satunya, ia tengah berbincang dengan petugas dari peti jenazah. "Maaf ya, jangan wawancara dulu. Saya masih belum kuat," kata perempuan berkacamata itu.
Ben Anderson memiliki nama lengkap Benedict Richard O'Gorman Anderson, adalah profesor emeritus dalam bidang studi internasional di Universitas Cornell, Amerika Serikat. Dia pernah dilarang masuk Indonesia di masa pemerintah Presiden Soeharto karena karya tulisnya soal gerakan Partai Komunis Indonesia pada 1965 yang disebut sebagai 'Cornell Paper'.
Ia juga diakui secara luas sebagai pakar sejarah dan politik Indonesia pada abad ke-20. Selain di Indonesia, pada 1970, Benedict Anderson juga menjadi pakar untuk regional Asia Tenggara. Contohnya mengenai konflik militer Kamboja, Vietnam, dan Cina.
Ben berada kembali di Indonesia untuk mengisi kuliah umum bertema anarkisme dan nasionalisme di kampus Universitas Indonesia, Depok, Kamis, 10 Desember 2015. Kegiatan ini diselenggarakan penerbit Marjin Kiri, Program Studi Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dan majalah Loka.
Dari Jakarta, Ben menuju Mojokerto lalu Batu, keduanya di Jawa Timur. Dia lalu dikabarkan meninggal saat beristirahat di sebuah hotel di Kota Batu, Malang.
ARTIKA RACHMI FARMITA