TEMPO.CO, Malang — Fluktuasi kegiatan vulkanik Gunung Bromo yang ditandai keluarnya asap solfatara dan siraman debu vulkanik tipis telah menganggu kegiatan penerbangan sipil melalui Bandar Udara Abdulrachman Saleh di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Untuk menghindari bahaya terhadap keselamatan penerbangan akibat siraman debu vulkanik tipis dari Gunung Bromo, kegiatan di bandara yang berlokasi di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, tersebut ditutup, Sabtu, 12 Desember 2015. Penutupan dilakukan sejak Jumat kemarin dan rencananya akan berlaku hingga besok, Minggu, 13 Desember 2015, pukul 09.30 WIB.
Manajer Distrik Malang Sriwijaya Air Muhammad Yusri Hansyah mengatakan Sriwijaya Air tidak terbang berdasarkan notice to airmen yang diterima Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) alias AirNav Indonesia pada pukul 09.30 WIB tadi. Semua penerbangan pagi dibatalkan dan jadwal penerbangan siang tetap berlangsung tapi dialihkan melalui Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo.
Namun, Yusri mengatakan, penutupan bandar udara tidak sampai drastis mengurangi jumlah penumpang Sriwijaya. Mayoritas penumpang bisa memaklumi pengalihan kegiatan penerbangan ke Sidoarjo. Hanya sedikit penumpang yang membatalkan penerbangan dan mereka telah menerima pengembalian uang tiket atau refund dari Sriwijaya. “Kami dan semua penumpang kami sangat memahami bahwa kondisi ini karena musibah, bukan karena kesalahan teknis pada kami atau pihak mana pun,” tuturnya.
Selanjutnya, kata Yusri, penerbangan pagi pada Minggu besok pun dibatalkan Sriwijaya lantaran durasi Notam berlaku 24 jam sejak diterbitkan pada pukul 09.30 WIB. Ia berharap penerbangan siang besok masih bisa dilakukan lewat Malang. Bila terbit Notam baru, penerbangan siang tetap dialihkan ke Sidoarjo.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bandara Abdulrachman Saleh Suharno berujar, semua penerbangan sipil dari Malang ke Jakarta dan Denpasar, Bali, ditutup. Penutupan sementara penerbangan sejak Jumat kemarin merupakan yang pertama sejak status Gunung Bromo ditingkatkan dari waspada (level II) ke siaga (level III) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada 4 Desember lalu. Jumat kemarin hanya Citilink Indonesia dan Sriwijaya Air yang sempat mendarat dari Jakarta sesuai dengan jadwal ketibaan pada pagi hari.
“Seluruh penumpang yang terkena dampak kondisi erupsi Gunung Bromo silakan mengikuti kebijakan dari masing-masing maskapai. Mohon dipahami semua penumpang bahwa ini kondisi force majeure (kondisi yang tidak bisa dihindari),” tuturnya.
Penutupan sementara Bandara Abdulrachman Saleh akibat erupsi Gunung Bromo juga pernah terjadi pada Selasa, 30 November, hingga Sabtu, 4 Desember 2010. Sama dengan kondisi sekarang, penerbangan sipil ditutup sementara, tapi kegiatan penerbangan militer masih berlangsung.
ABDI PURMONO