TEMPO.CO, Probolinggo - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo Digdoyo Djamaludin mengatakan angka hunian hotel di kawasan Gunung Bromo jeblok menyusul adanya gejolak aktivitas vulkanis pada gunung ini. "Angka hunian hotel per hari ini hanya 2 persen," kata Digdoyo, yang biasa disapa Yoyo, Sabtu, 12 Desember 2015.
Yoyo tidak memungkiri bahwa kondisi anjloknya angka hunian ini sebagai dampak dari hujan abu vulkanis Gunung Bromo yang kemudian membuat pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) menutup akses ke kaldera Bromo dan kawah Bromo. Data PHRI Probolinggo menyebutkan di kawasan Bromo terdapat 14 hotel dengan total jumlah kamar sebanyak 525.
Dari 525 kamar itu, kata Yoyok, saat ini hanya terisi sepuluh kamar. "Hanya 2 persen yang terisi saat ini,” ujarnya. Wisatawan domestik memilih tidak menginap di kawasan Gunung Bromo. Mereka hanya melihat sebentar aktivitas Bromo, kemudian langsung pulang. Kawasan wisata Gunung Bromo saat ini menjadi sepi pengunjung karena jumlah wisatawan turun 50 persen.
Berdasarkan pengamatan secara visual dan seismik dari Pos Pengamatan Gunung Api Bromo mulai Sabtu dinihari hingga pukul 06.00, terlihat cuaca cerah, angin tenang, dan suhu 11-15 derajat Celsius. Gunung Bromo pun terlihat jelas. Asap yang keluar dari kawah teramati tebal dengan warna kelabu dan tekanan sedang hingga kuat.
Ketinggian asap kurang-lebih 200-400 meter di atas permukaan laut mengarah ke barat-barat daya. Sedangkan secara seismik, tremor tercatat dengan amplitudo maksimum 3-20 milimeter, dominan pada angka 5 milimeter. Status aktivitas Bromo saat ini pada level III atau siaga. Radius aman sekitar 2,5 kilometer dari kawah aktif Gunung Bromo. Menyusul status siaga Gunung Bromo saat ini, TN BTS menutup akses ke kaldera Bromo dan kawah Bromo.
DAVID PRIYASIDHARTA