Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Puluhan Bayi Mati di Papua, Ini Hasil Investigasi Kemenkes

Editor

Agung Sedayu

image-gnews
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek. TEMPO/Imam Sukamto
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek. TEMPO/Imam Sukamto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan bayi di Kabupaten Nduga, Papua mati secara misterius. Namun Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan bahwa itu bukan wabah. Ia mengatakan bahwa Kementerian sudah mengirimkan tim investigasi ke sana. Hasilnya, kematian misterius puluhan bayi itu disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat. "Ada masalah lingkungan juga di daerah itu," katanya di kantor Kementerian Kesehatan, Jumat, 11 Desember 2015.

Menurut Nila tim investigasi yang dikirim terdiri dari petugas Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pertahanan, TNI, polisi, dinas kesehatan provinsi dan kabupaten, serta satgas Kaki Telanjang. Dari penelusuran tim itu, diketahui bahwa gaya hidup masyarakat Nduga kurang sehat. Masyarakat setempat tinggal di dalam rumah honai yang tidak memiliki ventilasi udara. Rumah honai yang luasnya sekitar 7 meter persegi rata-rata dihuni oleh 14 orang. Masyarakatnya juga biasa menyalakan perapian di dalam rumah yang kurang memiliki sirkulasi udara itu untuk melawan hawa dingin. Akibatnya, keluarga, juga balita menghirup asap yang dihasilkan perapian.

Tim juga menemukan bahwa warga juga kekurangan air bersih. Sebagian warga terpaksa mengkonsumsi air yang tidak bersih. "Airnya sangat kotor, langsung dipakai minum, dan juga minum ternak sekaligus," katanya.

Kondisi makin parah ketika bahan makanan di sana juga tidak memadai. "Tanaman di sekitar daerah itu rusak. Jadi mereka kekurangan pangan," katanya.

Nila memastikan kasus kematian puluhan bayi di Kabupaten Nduga Papua bukan karena wabah. Nila awalnya khawatir 35 balita yang meninggal antara bulan Oktober hingga Desemnber 2015 itu akibat wabah atau virus dari hewan. Pihaknya sudah mendeteksi apakah ada virus flu babi, atau flu burung yang menjadi penyebab kematian di daerah itu. Babi dan unggas memang menjadi salah satu hewan ternak di kawasan itu. "Tapi setelah kami cek, semua negatif," katanya.

Hasil tim investigasi di Nduga menyebutkan bahwa ada 38 kematian di tujuh kampung selama periode Oktober hingga Desember 2015. Mereka terdiri dari 35 balita dan 3 dewasa. Selama melakukan investigasi, tim juga melakukan pengobatan, memberikan pelayanan imunisasi dan makanan tambahan. Dari hasil pemeriksaan diketahui 90 persen penduduk menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Nila, Kementerian Kesehatan sudah melakukan respon cepat penanggulangan pertusis di Kecamatan Mbuwa dan Kecamatan Bulmiyalma, Kabupaten Nduga. Saat ini Kementerian juga telah menyiapkan program flying health care, mendorong pemberian makanan tambahan bagi balita, ibu hamil, serta menempatkan tenaga kesehatan melalui program Nusantara Sehat. Kementerian juga melakukan koordinasi dengan lintas sektor untuk membangun perumahan yang layak, ketersediaan air bersih, kemandirian pangan, serta pendidikan. Saat ini, kata Nila, tim dari Kementerian Kesehatan sudah kembali ke Jakarta. Namun tim dari dinas kesehatan setempat masih terus memantau perkembangan kesehatan masyarakat di Kabupaten Nduga.

Sementara itu anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Nihayatul Wafiroh, menilai kinerja Menteri Nila lamban dalam mengatasi kematian misterius puluhan bayi di Papua. Menurutnya, kematian bayi itu sudah diberitakan sejak pertengahan tahun lalu, tapi tak ada perubahan yang berarti. Politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa itu menuturkan Kementerian mendapat kenaikan anggaran di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara paling banyak, yaitu sebesar 5,05 persen yang senilai Rp 109 triliun. Dengan uang sebanyak itu, kata dia, bukan hal yang susah untuk menjangkau dan mengatasi persoalan kematian bayi di Dunga, Papua.

Ia memberikan tenggat satu pekan ke depan kepada Kementerian Kesehatan untuk memperbaiki kondisi kesehatan anak-anak dan masyarakat di sana. "Ini masalah nyawa banyak orang, warga Indonesia yang harus segera dilindungi," ujar Nihayatul..

MITRA TARIGAN | LARISSA HUDA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

1 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan desa Laingpatehi setelah letusan Gunung Ruang, di Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.


Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

2 hari lalu

Upaya evakuasi dan penyelamatan korban banjir di Musirawas Utara, Sumatra Selatan. Foto Dokumentasi Basarnas Palembang
Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.


Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

12 hari lalu

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.


3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

29 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?


Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

30 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.


Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

41 hari lalu

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

Pendaftaran SATU Indonesia Awards dibuka mulai 4 Maret - 4 Agustus 2024.


Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

48 hari lalu

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan IMERI-FKUI. Kredit: FKUI
Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.


Pilihan Menu Makan Siang Gratis Ala Prabowo: Paket Ayam dan Perkedel, Gado-Gado hingga Siomay

53 hari lalu

SMP Negeri 2 Curug, Tangerang melakukan persiapan simulasi program makan siang gratis. Agenda simulasi dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Kamis, 29 Februari 2024. TEMPO/Riani Sanusi Putri
Pilihan Menu Makan Siang Gratis Ala Prabowo: Paket Ayam dan Perkedel, Gado-Gado hingga Siomay

Berikut ini perkiraan sejumlah menu makan siang gratis ala Prabowo-Gibran....


Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Pasien penderita kusta di Rumah Sakit Anandaban Leprosy Mission di Lele, Nepal, 24 Januari 2015. (Omar Havana/Getty Images)
Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.


174 Warga Gaza Tewas dalam 24 Jam

28 Januari 2024

Warga Palestina yang melarikan diri dari Khan Younis menuju Rafah, akibat operasi darat Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas di selatan Jalur Gaza, 25 Januari 2024. Setidaknya 50 warga Palestina tewas di Khan Younis dalam 24 jam terakhir. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
174 Warga Gaza Tewas dalam 24 Jam

Laporan Kementerian Kesehatan Palestina wilayah Gaza menyebut ada 174 warga Gaza yang gugur dalam serangan Israel yang masih berlanjut