TEMPO.CO, Probolinggo - Pengamatan secara visual dan kegempaan dari Pos Pengamatan Gunung Api Bromo menyebutkan suara bergemuruh terdengar hingga radius 3 kilometer dari kawah aktif, Jumat, 11 Desember 2015. Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Bromo Mochamad Subhan mengatakan suara gemuruh tersebut menunjukkan aktivitas vulkanis Gunung Bromo masih tinggi.
Berdasarkan pengamatan selama enam jam, mulai 00.00 - 06.00 WIB, secara visual, cuaca terlihat cerah-mendung, angin tenang dan suhu 13 derajat Celcius. Puncak Bromo sesekali berkabut, adapun kawahnya mengeluarkan asap kelabu- kecokelatan sedang -tebal dengan tekanan sedang-kuat. Ketinggian asap kurang lebih 200-300 meter di atas permukaan laut ke arah barat-barat daya.
Sedangkan secara seismik, kata Subhan, tremor terjadi pada amplitudo maksimum 3-23 milimeter dan dominan di angka 5 milimeter. Terdengar suara gemuruh lemah dari kawah. Hingga saat ini, status Gunung Bromo masih di level III atau siaga. "Aktivitas masih tinggi ditandai munculnya tremor dan abu vulkanis. Artinya, Bromo sedang mengalami erupsi, tapi perlahan," katanya.
Subhan mengkhawatirkan dampak primer erupsi setelah terjadi peningkatan yang signifikan karena lontarannya sejauh batas tertentu. Sebab, pada erupsi 2010, katanya ada lontaran bom vulkanik. "Sekarang masih belum," katanya.
Aktivitas yang terjadi pada Bromo saat ini, menurutnya, bisa dikatakan langka. Selain itu, asap Bromo bisa disaksikan dari jarak aman 2,5 kilometer. Dia mengimbau kepada wisatawan agar mematuhi jarak aman tersebut. "Jangan turun ke kaldera, apalagi ke kawah," kata Subhan.
Terhadap wilayah yang terkena dampak abu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk memakai masker dan kacamata. "Ketika abu sudah menumpuk banyak di atap rumah, mohon segera dibersihkan karena bisa berpotensi merobohkan atap," kata Subhan.
Status aktivitas Bromo naik menjadi siaga pada Jumat pekan lalu, 4 Desember 2015, dari sebelumnya waspada. Radius aman berada di 2,5 kilometer dari pusat kawah aktif. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menutup akses ke kaldera menyusul status siaga tersebut.
DAVID PRIYASIDHARTA