TEMPO.CO, Bandung - Komunitas Rumpun Indonesia menggelar pembentangan kain perca integritas di Alun-alun Kota Bandung pada Kamis, 10 Desember 2015. Sekitar seratus orang membentangkan sepuluh baris kain perca yang berisikan pesan antikorupsi beserta cap telapak tangan dari 20 ribu warga.
Pembentangan perca integritas itu merupakan bagian dari rangkaian Festival Antikorupsi 2015. Alun-alun Kota Bandung seketika disulap menjadi lautan kain perca antikorupsi.
Koordinator Perca Integritas Rumpun Indonesia Aryani Murcahyani mengatakan cap tangan perca integritas itu tengah digagas sejak Februari lalu dan baru rampung pada Desember 2015. "Sebanyak 20 ribu cap tangan dari seluruh lapisan masyarakat yang tersebar di 22 kota," ujar Aryani kepada wartawan setelah acara itu.
Ikrar yang menempel di atas kain perca berukuran 30 x 42 sentimeter itu dijalin dengan kain perca lainnya, sehingga membentang panjang menjadi sepuluh baris. Setiap baris mewakili 9 + 1 nilai integritas, yakni jujur, peduli, mandiri, disiplin, kerja keras, sederhana, tanggung jawab, berani, adil, dan sabar.
"Sebetulnya tidak semua kain perca kami bentangkan karena memang panjang sekali dan space alun-alun tidak cukup. Tapi, intinya, kain perca itu merupakan komitmen personal, setelah itu kita jahit lagi yang berarti komitmennya berubah menjadi sikap komunal penolakan tindakan korupsi," kata Aryani.
Rencananya, kain perca integritas itu akan dipamerkan di perpustakaan Alun-alun Kota Bandung dan di gedung Gas Negara di Jalan Braga, Kota Bandung. "Kan, ini sudah menjadi artefak. Fungsinya sebagai pengingat komitmen kami dalam pemberantasan korupsi," ucap Aryani.
Proses pembentangan kain perca integritas itu diharapkan bisa menjadi inspirasi masyarakat agar dapat meneruskan semangat antikorupsi, sehingga kegiatan ini tidak sebatas seremonial semata. "Gerakan ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat dan tidak sebatas selebrasi," tutur Ketua Konsorsium Festival Antikorupsi Marintan Sirait.
Selain pembentangan kain perca, acara dimeriahkan dengan pertunjukan tari khas yang dibawakan Ine Arini, berkolaborasi dengan komposer Ade Rudiana. Pertunjukan itu melibatkan seratus penari latar beserta seratus penabuh perkusi.
Konsep tarian yang disuguhkan bertema peran keluarga dalam menanamkan nilai integritas. Hal itu disimbolkan dengan tarian dan juga alat musik yang terbuat dari wajan atau ketel serta alat memasak lainnya. Dalam wajan itu tertulis “Prung! Abdi Moal Korupsi”, yang berarti ayo, saya tidak akan korupsi.
"Wajan itu merupakan simbol bahwa pencegahan korupsi dimulai dari keluarga sebagai unit terkecil, dan kita lakukan dengan senyap. Kita ikrarkan lawan korupsi dari dapur. Begitu filosofinya," ujarnya.
AMINUDIN A.S.