TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Golkar, Priyo Budi Santoso, pada Selasa, 8 Desember 2015, terlihat berada di Istana Kepresidenan lagi. Senin, 7 Desember 2015, ia juga terlihat dan mengaku bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Di Istana, politikus Golkar itu mengklaim sedang menyiapkan skenario pergantian Setya Novanto sebagai Ketua DPR. Priyo mengatakan hal itu dilakukan lantaran untuk mengantisipasi Setya terkena jeratan hukum dalam kasus dugaan pemufakatan jahat pada lobi perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia yang sedang berlangsung di Mahkamah Kehormatan Dewan dan ditelisik Kejaksaan Agung.
"Pengalaman saya 17 tahun di DPR. Kalau ada sebuah peristiwa atau kasus atau apa pun yang itu sudah jadi konsumsi publik dan diperbincangkan secara luas di publik, orang sekuat dan tak tersentuh apa pun sulit," kata Priyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa, 8 Desember 2015. "Saya katakan sulit untuk menutup dengan cara apa pun."
Priyo menyebut sejumlah nama pengganti Setya Novanto jika dia bakal dilengserkan baik secara etik maupun secara pidana. Nama-nama yang sedang diusulkan sebagai pengganti Setya itu adalah nama yang sudah dikenal dan dianggap mampu mengemban tugas sebagai ketua parlemen.
"Ya, nama-nama itu di antaranya Ade Komarudin, Bambang Seoesatyo, Agus Gumiwang, Zainudin Amali, atau Aziz Syamsuddin," kata Priyo. "Atau ada tokoh senior seperti Fadel Muhammad. Mereoa adalah orang-orang yang nanti kalau terjadi apa-apa dan Golkar akhirnya memasrahkan dan mengikhlaskan itu, bisa saja nama-nama itu termasuk yang kami dorong."
Namun Priyo menyerahkan semua keputusan itu kepada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Dia juga mengatakan partainya itu tak sabar menantikan hasil putusan sidang Mahkamah terhadap Setya.
REZA ADITYA