TEMPO.CO, Malang - Jumlah wisatawan yang mengunjungi Gunung Bromo menurun drastis sejak gunung setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut itu berstatus waspada (level II) pada Oktober 2015. Angka pelancong terus menurun hingga tinggal 5 persen saat statusnya naik dari waspada ke siaga (level III) pada Jumat pekan lalu, 4 Desember 2015.
“Dari rata-rata kunjungan harian dua ribuan orang, sekarang tinggal seratusan orang,” kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari kepada Tempo, Selasa, 8 Desember 2015. Status siaga ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung menyusul peningkatkan aktivitas gempa tremor Bromo yang makin tinggi.
Saat Bromo berstatus waspada, Balai Besar TNBTS membatasi kunjungan wisatawan hanya sampai kaldera dengan lautan pasir dan padang rumput atau sabana. Wisatawan harus menjauhi kawah Bromo sejauh 1 kilometer. Namun semua lokasi kunjungan wisatawan ditutup total saat Bromo berstatus siaga. Semua wisatawan harus menjauh dalam radius 2,5 kilometer dari kawah Bromo. Kaldera terlarang dimasuki pengunjung.
Otomatis, pintu masuk dari Cemoro Lawang lewat Ngadisari di Kabupaten Probolinggo ditutup. Wisatawan masih bisa menikmati keindahan lanskap Bromo hanya dari Penanjakan lewat pintu masuk Wonokitri—berjarak sekitar 9 kilometer—di Kabupaten Pasuruan.
Anjloknya jumlah wisatawan berarti target kunjungan wisatawan 2015 gagal dicapai. Tapi Ayu tidak risau karena kondisi Bromo merupakan kejadian alamiah yang mustahil bisa dikendalikan manusia. “Tidak apa-apa bila target kunjungan wisatawan tidak tercapai karena itu bukan salah siapa-siapa. Force major.”
Balai Besar TNBTS menargetkan jumlah pengunjung ke Gunung Bromo dan Gunung Semeru sebanyak 600 ribu orang, yang terdiri atas 560 ribu wisatawan domestik dan 40 ribu turis mancanegara. Hingga Oktober lalu, wisatawan yang ke Bromo dan Semeru tercatat mencapai 435 ribu orang. Sebagai pembanding, saat kondisi normal, pengunjung Bromo dan Semeru berjumlah 570.145 orang, yang terdiri atas 546.433 wisatawan lokal dan 23.712 wisatawan luar negeri.
Berkurangnya jumlah wisatawan otomatis menggerus pendapatan lewat tiket. Tahun lalu wisatawan berkontribusi pada penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 15 miliar lebih. Namun, hingga November 2015, PNBP yang dibukukan Balai Besar TNBTS baru sekitar Rp 14 miliar atau masih kurang Rp 2 miliar dari target PNBP 2015 sebesar Rp 16 miliar.
Ayu mengingatkan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dan Pemerintah Kabupaten Pasuruan memperhatikan dan membantu kesulitan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata di Bromo. Selama kondisi Bromo labil, mereka kehilangan pendapatan dari kegiatan menyewakan jip, kuda, dan penginapan, serta berdagang.
ABDI PURMONO