TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan Presiden Joko Widodo menghargai sepenuhnya keputusan Mahkamah Kehormatan Dewan yang menggelar sidang dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto secara tertutup.
"Presiden menghargai mekanisme yang diambil di MKD karena terbuka atau tertutup sangat bergantung pada pengadu atau teradu, apakah dia mau terbuka atau tertutup," katanya di kompleks Istana, Jakarta, Senin, 7 Desember 2015.
SIMAK: Soal Hasil Sidang 'Papa Minta Saham' di MKD, Sudirman Pasrah
Pramono mengatakan Presiden selalu memantau perkembangan sidang MKD dan mendapat laporan dari para pembantunya mengenai perkembangan sidang tersebut. "Perkembangan secara sosial dan politik selalu dilaporkan karena jangan dilihat sebagai MKD saja, tapi ini kan menyangkut Ketua DPR," ujarnya.
Menurut Pramono, karena sidang ini sudah menjadi perhatian publik, jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan, hal itu akan menjadi catatan. "Semua orang memberikan perhatian penuh. Walaupun tertutup, kalau hasilnya tidak sesuai dengan harapan publik, pasti akan ada sesuatu," tuturnya.
SIMAK: Setya Novanto Hadiri Sidang MKD, Benarkah karena Syarat Ini?
Istana, kata Pramono, mengaku sudah menerima informasi mengapa sidang digelar tertutup. Tapi ia enggan menyebutkan alasan tersebut.
Setya Novanto diduga mencatut nama Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin dan seorang pengusaha, Riza Chalid, di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, pada 8 Juni lalu.
Dalam pertemuan yang direkam Maroef tersebut, ketiganya membahas soal perpanjangan kontrak Freeport dan menyinggung beberapa nama, seperti Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
ANANDA TERESIA