TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan sempat terharu saat mengenang peristiwa penyerbuan Dili 40 tahun silam. Saat memberikan sambutan, mata Luhut terlihat berkaca-kaca. Beberapa kali suara Luhut tercekat. "Saya masih ingat semuanya dengan jelas," katanya saat menghadiri 40 tahun peristiwa Dili di Markas Komando Pasukan Khusus, Cijantung, Jakarta, Senin, 7 Desember 2015.
Luhut sempat terdiam beberapa saat sebelum melanjutkan pidatonya. "Saya terharu sebab saya seperti saat ini juga karena prajurit kita yang sudah pergi," ujarnya.
Penyerbuan Dili pada 7 Desember 1975 merupakan upaya merebut ibu kota provinsi Timor Timur dari kelompok Fretilin. Operasi tersebut dilakukan tim Nanggala V dari satuan Sandhi Yudha Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat. Operasi itu dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Sugito. Adapun Luhut saat itu dipercaya sebagai Komandan Kompi Detasemen A.
Luhut mengaku sedih mengingat banyaknya anggota Komando Pasukan Khusus yang gugur saat penyerbuan itu. Dalam aksi tersebut, kata dia, setidaknya 13 prajurit gugur, sedangkan 5 lainnya hilang. Penyerbuan itu berat karena minimnya informasi tentang musuh dan medan. "Ditambah lagi ada perubahan skenario sesaat sebelum penyerbuan," tuturnya.
Luhut berpesan kepada perwira agar melakukan persiapan matang sebelum melakukan sebuah operasi khusus. Selain peristiwa penyerbuan, Luhut mengatakan, ada satu kejadian yang menurut dia tak bisa dilupakan. Peristiwa itu adalah ketika Benni Moerdani, yang saat itu menjabat Asisten Intelijen, memberikan pengarahan sebelum melakukan penyerbuan. "Saat itu dia yakin bahwa Dili bisa direbut, tapi dia juga bilang pasti ada dari salah satu di antara kami yang akan gugur," tuturnya.
FAIZ NASHRILLAH