TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara ingin Indonesia mempunyai perangkat lunak media sosial atau instant messaging buatan dalam negeri. Karenanya, Rudiantara sedang mendorong pembuatannya.
"Kami sedang mencoba berkomunikasi dengan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI). Saat ini ATSI sedang menyiapkan kriterianya dan mereka sudah sorting," kata Rudiantara di gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ahad, 6 Desember 2015.
Rencananya, ujar Menteri Rudiantara, ATSI akan mengumumkannya pada akhir tahun ini, pihak mana saja yang akan dibantu oleh operator. Kemungkinan, tutur Rudiantara, pada batch pertama ada lima operator. Operator ini akan membuat media sosial atau instant messaging sendiri. "Mungkin kalau mereka, misalkan, sudah punya dua juta pengguna akun, nanti akan diganti dengan media lain," kata Rudiantara.
Rudiantara menyebutkan instant messaging di dunia ini jumlahnya tidak lebih dari sepuluh jenis aplikasi yang dikenal masyarakat. Sebut saja untuk media sosial sudah ada Facebook, Twitter, Path, dan sebagainya. Sedangkan untuk instant messaging sudah ada Whatsapp, Line, Wechat, dan lainnya. Meskipun begitu, Rudiantara tetap optimistis Indonesia bisa berkontribusi dalam persaingan teknologi media sosial dan instant messaging tersebut.
"Kami sadar bahwa pemanfaatan instant messaging di Indonesia masih bergantung pada negara lain dalam konteks komunikasi. Sebagai Menkominfo, dalam fungsi yang lain dalam pemanfaatannya bisa menggunakan buatan nasional, meskipun jumlahnya nanti tidak banyak," tutur Rudiantara.
LARISSA HUDA