TEMPO.CO, Pinrang - Kepolisian Resor Kabupaten Pinrang mengamankan seorang pemuda Ahmad alias Lahannya, 30, setelah membunuh korban Hindong, 70, dengan menusuk sembilan kali di sekujur tubuh nenek Hindong.
Saat diamankan, pemuda Pinrang itu mengatakan ia membunuh setelah mendapat bisikan gaib. Pembunuhan itu berlangsung saat acara peringatan 100 hari kematian saudara Ahmad di Dusun Linoe, Desa Mangki, Kecamtan Cempa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, pada Sabtu malam, 5 Desember 2015.
Kepala Kepolisian Resor Pinrang, Ajun Komisaris Besar Adri Irniadi, mengatakan, aparat Buser setelah mendapatkan laporan pembunuhan Sabtu malam, langsung mengamankan pelaku pada Minggu dinihari, 6 Desember 2015.
"Ia diamankan setelah sempat kabur, tapi ditangkap di rumah mertua pelaku di Kampung Sarempo, Kelurahan Siparappe, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang,” kata Adri saat menggelar konferensi pers di Kantor Polres Pinrang, Minggu, 6 Desember 2015.
Menurut Adri, hasil pemeriksaan saat ini pelaku melakukan tindakan itu karena ada yang membisik dari dunia lain. Namun kepolisian akan memastikan apakah pelaku mengalami gangguan mental dengan meminta bantuan dokter ahli jiwa.
Adri menjelaskan, Ahmad membunuh nenek Hindong dengan sebilah pisau dapur saat Hisong tengah memenuhi undangan saudara pelaku untuk membantu menyiapkan acara 100 hari meninggalnya adik Ahmad yang bunuh diri.
"Satu tusukan di leher dan delapan tusukan di sekujur tubuh korban sehingga nyawa korban sulit ditolong," ujar Adri.
Selain mengamankan pelaku, aparat kepolisian mendapatkan barang bukti sebilah pisau dapur yang digunakan untuk menghabisi Hindong. Akibat perbuatannya, polisi menjerat pelaku dengan pasal 338 dengan ancaman hukuman 17 tahun penjara.
Saat ditanya di hadapan penyidik, Ahmad tak memperlihatkan rasa penyesalan membunuh korban. "Pas ada kesempatan maka saya ambil pisau, dia harus mati daripada hidup masuk neraka," ujar Ahmad.
Saat ditanya lebih mendalam, Ahmad malah seperti mengigau dan mengaku keturunan Kerajaan Majapahit. "Saya diperintah sama Bapak saya untuk membunuh dia. Bapak saya itu yang bangun Kerajaan Majapahit, yang saya bunuh itu keturunan Mak Lampir," kata Ahmad.
Salah satu saksi mata yang diperiksa di Mapolres Pinrang, Ilwan Sugianto, menjelaskan, korban adalah seorang janda tua yang dikenal sebagai dukun dan sering dipanggil warga jika ingin melakukan selamatan.
"Selama ini korban membantu warga dan tidak neko-neko. Saat kejadian malam hari itu, keluarga dan kerabat tidak bisa membantu korban karena kejadiannya cepat sekali. Ahmad keluar dari rumah sudah dengan tangan berdarah. Saat dicek ke dalam rumah, nyawa Hindong sudah tidak ada," katanya.
Ilwan membeberkan, keberadaan korban di rumah pelaku karena korban yang dikenal dukun itu membantu menyiapkan peringatan 100 hari adik pelaku yang meninggal. "Acara adat itu dibuat untuk keselamatan adik Ahmad yang meninggal tiga bulan lalu akibat bunuh diri dengan cara meminum racun," ujarnya.
DIDIET HARYADI SYAHRIR