TEMPO.CO, Paris - Semua kepala negara dari Benua Afrika bersepakat membangun energi baru-terbarukan sebesar 300 gigawatt hingga 2030. Jumlah ini dua kali total pasokan listrik Benua Hitam tersebut saat ini.
Kesepakatan ini diumumkan dalam Konferensi Perubahan Iklim ke-21 di Paris (COP21 Paris) pada Selasa, 1 Desember 2015.
Untuk permulaan, Badan Energi Baru-Terbarukan Afrika (AREI) akan membangun 10 gigawatt energi baru-terbarukan pasca-COP21 Paris. "Inisiatif ini merupakan bagian dari kontribusi global untuk menekan perubahan iklim dan menghapus krisis energi," demikian yang tertulis dalam rilis yang dibagikan pada Rabu, 2 Desember 2015.
Dalam rilis tersebut, AREI menyatakan, langkah ini merupakan strategi untuk menekan karbon sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan. "Serta membawa energi bersih bagi 640 juta orang di Benua Afrika."
Rencana ini mendapat dukungan Prancis. Negara tuan rumah COP21 ini memberikan bantuan 2 juta euro untuk pembangunan sumber energi baru-terbarukan di Afrika sepanjang 2016-2020. "Ini langkah baik untuk dunia, terutama bagi negara-negara berkembang," kata Presiden Prancis Francois Hollande.
Samanta Smith, Kepala WWF bidang Iklim Global dan Inisiatif Energi, mengatakan langkah Afrika-Paris merupakan kolaborasi skala besar yang dibutuhkan dunia. "Mereka patut dicontoh negara maju berkembang lainnya untuk target nol karbon dan nol kemiskinan," tuturnya di Le Bourget Exhibition Center, tempat diselenggarakannya COP21 Paris.
AMRI MAHBUB (PARIS)